KSP Tegaskan Kampanye Hitam-Hoax Timbulkan Ketidakstabilan Jelang Pemilu

KSP Tegaskan Kampanye Hitam-Hoax Timbulkan Ketidakstabilan Jelang Pemilu

Rolando - detikNews
Rabu, 06 Mar 2019 20:33 WIB
Diskusi 'Memantau Pemilu Menuju Demokrasi yang Berkualitas yang Berdasarkan Pancasila' di Balai Sarwono, Jalan Madrasah, Kemang, Jakarta Selatan (Rolando/detikcom)
Jakarta - Persaingan politik tidak sehat dengan cara kampanye hitam, menyebar hoax, hingga mengeluarkan ujaran kebencian dinilai dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik menjelang Pemilu 2019. Karena itu, implementasi nilai Pancasila dipandang sebagai syarat mutlak untuk menjamin berkualitasnya gelaran Pemilu 2019.

"Penyelenggaraan pemilu tidak boleh menafikan keberadaan sila ketiga Pancasila, yakni bahwa dalam pelaksanaannya pemilu tidak boleh diwarnai oleh persaingan politik yang tidak sehat, kampanye hitam, hoax, dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah-belah persatuan bangsa, serta menimbulkan ketidakstabilan sosial-politik (khususnya menjelang Pemilu 2019)," ujar Deputi V Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardani.

Jaleswari menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi 'Memantau Pemilu Menuju Demokrasi yang Berkualitas yang Berdasarkan Pancasila' di Balai Sarwono, Jalan Madrasah, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (6/3/2019). Jaleswari juga menekankan masyarakat perlu berkolaborasi untuk memantau penyelenggaraan pemilu agar pemilu berkualitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam konteks penyelenggaraan pemilu, saya merasa yakin bahwa mengamalkan dan mengimplementasikan nilai dalam Pancasila merupakan syarat mutlak untuk menjamin penyelenggaraan pemilu yang berkualitas. Karena pemilu sudah seharusnya menjadi ajang untuk mempersatukan kita, bukan memecah-belah kita," katanya.


Dalam kesempatan yang sama, anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo mengungkapkan keadaan publik dapat hancur hanya karena pertarungan politik terjadi tanpa gagasan dan tanpa pertarungan ide.

"Yang ada adalah ujaran kebencian yang marak yang dikomodifikasi sehingga kualitas pemilu diragukan. Dalam pengertian, kalau kita bicara demokrasi Pancasila, itu prinsipnya Ketuhanan yang Maha Esa. Orang yang percaya pada Ketuhanan yang Maha Esa, dia tidak akan melegalkan segalanya," ujar Benny dalam diskusi tersebut.


Benny pun menegaskan ujaran kebencian yang kerap keluar di tengah pertarungan politik sebenarnya telah melukai wajah masyarakat. Dia pun yakin ujaran kebencian merupakan tindakan yang bertentangan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Orang suka pada Ketuhanan Maha Esa itu memiliki martabat kemanusiaan. Demokrasi yang bermartabat itu memiliki nilai kemanusiaan, maka martabat kemanusiaan tidak boleh direvisi dengan isu-isu sentimen daerah, keagamaan. Maka ketika orang elite politik itu menggunakan isu agama, sebenarnya dia merusak keadaban kemanusiaan itu," imbuhnya.

"Repotnya, ujaran kebencian itu diproduksi oleh elite politik, para pensiunan, dan orang terpelajar. Artinya apa? Artinya dia mengoyak-ngoyak nilai kemanusiaan itu. Dan ini bertentangan dengan Pancasila," lanjutnya. (nvl/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads