"Kita tidak mungkin mencintai Indonesia kalau kita tidak mengenalnya dengan baik. Inilah salah satu fungsi kegiatan sosialisasi, mengenalkan sejarah bangsa kepada masyarakat agar timbul perasaan cinta yang makin besar kepada bangsa dan negara," kata Hidayat dalam keterangan tertulis, Selasa (5/3/2019).
Ia mengatakan pernyataan tersebut saat memberikan materi Sosialisasi Empat Pilar di Aula Masjid An Nizhom, Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Senin (4/3/2019). Turut hadir pada acara ini yakni Ketua Yayasan Indonesia Cerdas Sejahtera Fernando.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendapat laporan seperti itu, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Tengku Muhammad Hasan segera berembuk. Hasilnya, mereka mau menghapus tujuh kata pada Piagam Jakarta dan menggantinya menjadi bunyi Pancasila seperti yang kita temui sekarang. Semua itu dilakukan demi menjaga keutuhan NKRI yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945," jelasnya.
Hidayat menegaskan kisah-kisah seperti itulah yang harus disampaikan dan dimengerti oleh generasi muda agar menimbulkan nasionalisme dan rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Hingga saat ini, lanjut Hidayat, MPR telah bekerja sama dengan kelompok masyarakat untuk melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR. Mulai dari lingkungan RT/RW, sekolah, ormas, hingga organisasi profesi dan kelompok masyarakat lain.
Hidayat memaparkan Sosialisasi Empat Pilar pertama kali dilaksanakan pada 2004 dengan nama Sosialisasi Keputusan MPR. Pada 2009, istilah berubah menjadi Sosialisasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Terakhir, pada 2014 istilah yang digunakan adalah Sosialisasi Empat Pilar. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini