"Kita memahami konteks kultur bahwa politikus. Itu proses sosial, yang di mana proses politikus punya posisi jenjang yang cukup tinggi. Sehingga korelasi dengan materi, hubungan sosial, kelompok kelas menengah dan sebagainya," kata Derajad saat dihubungi, Selasa (5/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dimensi tadi berkorelasi dan berhubungan dengan pleasure, upaya menikmati, narkoba adalah salah satu material untuk menikmati itu. Jadi itu kayak romantis. Orang kita, kan, yang ketangkap narkoba sebagian besar artis, politikus, yang punya strata tinggi. Dan strata tinggi itu identik dengan proses materialisme tadi, mereka punya kebergayaan material sehingga mereka suka tidak suka, melihat narkoba merupakan romantisme untuk dikonsumsi," ujar dia.
"Itu bagian dari relasi kuasa. Punya uang, kemudian mereka masuk ke konsep elitis, sehingga pergaulan membawa pada sesuatu yang lain dan narkoba tawarkan yang lain," ujarnya.
Dia juga menyoroti soal penyalahgunaan narkoba oleh para politikus di hotel atau tempat tertentu. Bagi Derajad, hal itu menunjukkan sikap elitis dari para politikus tersebut.
"Makanya kan digunakan di tempat privat, di hotel, itu menunjukkan elitis, hanya orang tertentu," tutur dia.
Dia menegaskan narkoba memang tidak hanya menyasar satu golongan tertentu. Menurut Derajad, semua orang berpotensi terjerat narkoba jika tidak mempunyai ketahanan diri.
"Tidak ada yang bisa bebas dari narkoba, dari anak kecil sampai dewasa itu kena. Korban mulai anak kecil sampai dewasa, artinya dimensi narkoba, menyangkut dimensi pergaulan kita," ujarnya. (knv/gbr)