Menurutnya, air hujan dari hulu tidak mampu lagi diserap karena kerusakan hutan akibat tambang ilegal. Ia meminta pihak kepolisian untuk turun tangan melakukan penindakan. Pasalnya, selama ini, pihaknya tidak pernah memberikan adanya izin tambang di sana.
"Gara-gara, ada kerusakan hutan, penambangan tanpa izin, dan tidak direncanakan dengan baik. Hingga hari ini terjadi lagi. Ini sudah kedua kalinya dalam satu tahun terjadi. Kita akan libatkan insitusi Polisi, karena kita tidak pernah kasih keluar izin," kata Hatta Rahman, di Maros, Minggu (3/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Hatta menyebutkan, banjir itu datang dengan tiba-tiba dan sangat deras. Hingga beberapa rumah warga yang berada di dekat bantaran sungai rusak terkena arusnya air. Ia pun berencana akan membuat sebuah tanggul, untuk menahan laju air dari hulu.
"Ini banjir yang datang tiba-tiba dan cukup deras. Ini harus ada solusi, karena sudah dua kali dalam tahun ini. Kita akan buat tanggul penahan 1,5 meter untuk menahan deras air dari hulu saat hujan. Ada sekitar 30an rumah yang rusak akibat diterjang air bah itu," lanjutnya.
Selain rumah, ada satu sekolah dasar yang juga terkena dampak. Meski air sudah surut, sisa lumpur yang mengendap di dalam ruangan masih terus dibersihkan oleh pihak sekolah bersama warga. Semua kerusakan fasilitas pun masih dalam pendataan pihak sekolah.
"Yah ada satu sekolah dasar. Itu kita liburkan dulu, sampai sambil dibersihkan. Kita juga minta pihak sekolah untuk mendata apa yang rusak. Baru kita akan laporkan untuk kita bantu secepatnya. Sekolah kita prioritaskan dulu, biar segera bisa digunakan belajar," papar Hatta.
Terkait korban banjir bandang itu, Hatta menyebutkan, pihaknya telah memberikan bantuan sementara berupa bahan makanan dan minuman. Sementara bagi rumah warga yang rusak, juga masih dalam pendataan. (rvk/asp)











































