"Monas itu tempat berkumpulnya bagi para kaum aktivis dulu pada tahun '98/'99 itu, ngopi bareng. Nah kalau mau doa biasanya di masjid," ujar Direktur Penggalangan Pemilih Muda TKN Bahlil Lahadalia di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/2/2019).
Menurut Bahlil, seharusnya masyarakat bisa membedakan antara persoalan agama dan politik. Namun Bahlil juga menghargai peserta aksi yang datang dengan niat baik dan murni untuk berdoa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu menilai peserta munajat adalah mereka yang menghadiri setiap aksi 212. Selain itu, Bahlil mengatakan Munajat 212 bukanlah ancaman untuk TKN.
"Tapi yakinlah massanya ya itu-itu saja. Lu lagi lu lagi. Kita (TKN) tidak terlalu risau," lanjutnya.
Salah satu alumni 411 dan 212 sekaligus anggota Dewan Masjid Indonesia, Arif Rosyid, menilai peserta Munajat 212 adalah mereka yang hadir di setiap aksi Alumni 212. Arif tidak mempermasalahkan acara itu.
"Saya kira teman-teman juga tahu 212 terjadi atas upaya dari MUI yang dipimpin Kiai Ma'ruf sehingga menurut kami sah-sah saja melakukan itu. Tentu kita tahu bersama massanya itu lagi itu lagi. Kita tidak terlalu khawatir. Umat Islam tahu pemimpin yang berpihak (kepada rakyat) dan sudah jelas juga wakilnya tadi dari DMI (Jusuf Kalla) jadi MUI (Ma'ruf Amin)," kata Arif dalam kesempatan yang sama.
Saksikan juga video 'Ricuh! Diduga Ada Copet Beraksi di Malam Munajat 212':
(idh/idh)











































