Hal ini diungkapkan seorang tenaga medis yang bertugas di wilayah Rampi beberapa tahun terakhir. Berikut tulisan dokter gigi Besse Sudirman Sulo yang dikirimkan kepada detikcom, Jumat (15/2/2019):
Untuk orang lain pertama kali melihat ini akan mengatakan miris. Tapi bagi kami yang bertugas di Rampi ini, pemandangan yang sangat biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 3 alternatif jalan:
1. Menggunakan pesawat tapi biayanya cukup mahal.
2. Lewat Masamba butuh waktu 4 hari sampai 1 minggu untuk sampai ke Rampi dengan medan luar biasa berat, jalan setapak terjal.
3. Lewat Bada Palu butuh waktu seharian penuh dengan jarak 36 km Yang tidak bisa diakses dengan kendaraan roda dua, medan berat, jalan setapak.
Masyarakat lebih memilih ambulance ke Sulawesi Tengah kemudian ditandu menuju Rampi. Butuh tenaga puluhan orang untuk bergantian mengangkat jenazah.
Saat dihubungi langsung, Besse mengatakan warga Rampi sering menolak dibawa ke rumah sakit kabupaten karena takut akan menyusahkan keluarga dan masyarakat.
Kalau mereka meninggal di rumah sakit kabupaten, mereka takut menyusahkan keluarga karena harus ditandu. Kalau naik pesawat biayanya sangat mahal.
Cara paling mudah, kata Besse, adalah menandu jenazah dari wilayah Sulteng menuju Rampi. Adapun Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengakui ini bukan pertama kalinya jenazah harus ditandu puluhan kilometer menuju Rampi.
"Ini kejadian bukan pertama kali. Kita ketahui kejadian yang sudah kesekian kali," kata Indah.
Simak Juga 'Jenazah di Sulsel Dipikul Puluhan Kilometer Karena Jalan Rusak':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini