Jenazah yang menjadi viral itu adalah Renti Tanta. Dia meninggal di RS Andi Djemma, Luwu Utara, dan rencananya akan dimakamkan ke Desa Rampi. Jenazah akhirnya dibawa dengan berjalan kaki dari wilayah Bada, Sulteng, menuju Rampi dengan berjalan kaki selama satu hari perjalanan atau dengan jarak tempuh kurang-lebih 60 km dari Desa Badangkaia, Lore Selatan, menuju Desa Tedeboe, Rampi.
"Kasihan kami hanya rakyat kecil yang tak punya apa-apa. Kita tak mampu kumpulkan uang hingga puluhan juta lebih baik jenazah istri saya. Kita tandu keluarga saja jalan kaki," kata suami Renti, Helon Towimba, kepada detikcom, Rabu (13/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pengalaman warga menggunakan transportasi udara, pengiriman jenazah menggunakan pesawat perlu dana Rp 50 juta. Helon mengaku tidak punya uang sebanyak itu untuk membawa istrinya ke peristirahatan terakhir.
"Lantas, di mana kita dapat itu (uang)?" kata dia.
Helon berharap peristiwa yang dialaminya tidak terjadi lagi kepada keluarga lain di Rampi.
Sementara itu, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, saat ditemui, membenarkan biaya untuk menerbangkan jenazah Renti Tata mencapai puluhan juta rupiah.
"Kemarin itu harganya Rp 50 juta untuk naik pesawat," kata Indah di kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar. (tfq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini