Kaisar akan Turun Takhta Dikritik, Jepang Terusik

Kaisar akan Turun Takhta Dikritik, Jepang Terusik

Novi Christiastuti, Rita Uli Hutapea - detikNews
Selasa, 12 Feb 2019 21:07 WIB
Kaisar Akihito (Thomas Peter/Reuters)
Tokyo - Akihito memutuskan turun takhta sebagai Kaisar Jepang pada 30 April 2019. Dia bertakhta sejak 1989, menggantikan ayahnya, Kaisar Hirohito, yang meninggal dunia.

Namun kabar turun takhta Akihito menuai komentar pedas dari Ketua Dewan Nasional Korea Selatan (Korsel) Moon Hee-sang. Dewan Nasional Korsel merupakan sebutan untuk parlemen Korsel.

Dalam wawancara dengan Bloomberg pekan lalu seperti dilansir Reuters, Selasa (12/2/2019), Moon menyebut Akihito 'sebagai putra dari pelaku utama kejahatan perang' yang seharusnya meminta maaf kepada para wanita yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang sebelum sang kaisar turun takhta pada April mendatang. Moon menyebut hal tersebut akan menjadi pertanda bahwa pemerintah Jepang sungguh ingin mengakhiri pertikaian yang berlangsung sejak lama.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hubungan Jepang dan Korsel memang selalu diwarnai ketegangan terkait sejarah perang keduanya. Salah satu ketegangan soal pendudukan Jepang atas Semenanjung Korea pada 1910-1945 dan soal 'wanita penghibur'--yang kebanyakan berasal dari Korea--yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang pada era perang.

Komentar itu menuai reaksi keras dari pemerintah Jepang. Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga dalam konferensi pers di Tokyo menyebut komentar Moon itu 'sangat disesalkan'.

"Kami dengan tegas memprotes karena pernyataannya berisi konten yang sungguh tidak pantas dan sangat disesalkan," sebut Suga.

"Pada saat bersamaan, kami menuntut permohonan maaf dan pencabutan pernyataan," tegasnya.

Turun takhtanya Akihito pada April mendatang akan menjadi yang pertama kalinya seorang kaisar Jepang turun takhta dalam kurun waktu dua abad. Dewan Urusan Rumah Tangga Kekaisaran, yang terdiri atas anggota parlemen, anggota kerajaan, dan hakim-hakim Mahkamah Agung, pada hari Jumat (1/12) telah menyetujui waktu turun takhta tersebut. Dewan tersebut dikepalai oleh Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe.

Tahun lalu, Akihito, yang genap berumur 84 tahun pada 23 Desember mendatang, telah menyampaikan niatnya mengundurkan diri. Akihito menyatakan dirinya khawatir bahwa usia dan kondisi kesehatannya akan membuatnya sulit melakukan tugas-tugasnya. Kaisar pernah menjalani operasi jantung dan perawatan untuk kanker prostat.

"Ini turun takhta yang pertama oleh seorang kaisar dalam 200 tahun dan yang pertama di bawah konstitusi (pascaperang)," ujar PM Abe kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (1/12).

Akihito akan digantikan oleh putranya, Putra Mahkota Naruhito (57).
"Saya merasakan emosi mendalam bahwa hari ini, pendapat Dewan Urusan Rumah Tangga Kekaisaran diputuskan dengan baik dan sebuah langkah besar diambil untuk menuju suksesi kekaisaran," imbuh PM Abe.

Terakhir kali seorang kaisar Jepang turun takhta adalah pada tahun 1817. Undang-undang pasca-Perang Dunia II tidak mengizinkan kaisar turun takhta, sehingga parlemen Jepang meloloskan UU pada Juni lalu yang mengizinkan Akihito melepaskan takhtanya.

Akihito bersama Permaisuri Michiko banyak melakukan upaya pemulihan akibat Perang Dunia II selama mereka memimpin. Akihito sangat dihormati oleh warga Jepang pada umumnya. (dhn/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads