Hubungan antara Jepang dan Korsel, keduanya sekutu Amerika Serikat, selalu diwarnai ketegangan terkait sejarah perang keduanya. Salah satunya soal pendudukan Jepang atas Semenanjung Korea tahun 1910-1945 silam dan soal 'wanita penghibur' -- yang kebanyakan berasal dari Korea -- yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang pada era perang.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (12/2/2019), ketegangan terbaru dipicu oleh komentar Ketua Dewan Nasional Korsel -- sebutan untuk parlemen Korsel , Moon Hee-sang dalam wawancara dengan Bloomberg pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moon menyebut hal tersebut akan menjadi pertanda bahwa pemerintah Jepang sungguh ingin mengakhiri pertikaian yang berlangsung sejak lama.
Komentar itu menuai reaksi keras dari pemerintah Jepang. Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, dalam konferensi pers di Tokyo menyebut komentar Moon itu 'sangat disesalkan'
"Kami dengan tegas memprotes karena pernyataannya berisi konten yang sungguh tidak pantas dan sangat disesalkan," sebut Suga.
"Pada saat bersamaan, kami menuntut permohonan maaf dan pencabutan pernyataan," tegasnya.
Kedua negara selalu bersitegang beberapa tahun terakhir, terutama setelah tahun lalu pengadilan Korsel merilis putusan yang isinya mendukung Korsel meminta kompensasi dari Jepang untuk kerja paksa era perang. Bulan lalu, Korsel melayangkan protes setelah pesawat patroli Jepang terbang di atas salah satu kapal perangnya dalam aksi yang disebut Korsel sebagai aksi 'intimidasi'.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini