"Saya nggak ada komen, tapi alangkah baiknya kalau kebijakan itu disuarakan dengan pemikiran, perencanaan yang matang, sosialisasi yang baik dan akan memakan waktu yang cukup untuk sosialisasi, terutama kepada warga netizen yang mulia ini," kata Sandiaga kepada wartawan di SMA Pangudi Luhur, Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (2/2/2019).
Setiap kebijakan, ditegaskan Sandiaga, harus diambil tanpa grasak-grusuk (tergesa-gesa). Kebijakan yang diambil secara terburu-buru, menurutnya, bakal menimbulkan polemik.
"Jangan sampai ujuk-ujuk, grasak-grusuk, akhirnya menimbulkan polemik karena kita sekarang ada di titik yang semuanya terpolitisasi dan menurut saya sudah masuk yang ke tahap tidak sehat," imbuhnya.
Kepada generasi milenial, menurut Sandiaga, memang harus ditanamkan rasa nasionalisme. Tapi bentuknya harus dipikirkan secara matang.
"Karena milenial itu nasionalis kok, mereka generasi yang 'narsis'. 'Narsis' itu nasionalis, religius, dan islami. Jadi milenial ini secara satu kelompok 63 juta ditanya sama mereka. Bagaimana caranya menanamkan karena belum tentu dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, bisa juga dengan kegiatan-kegiatan yang menanamkan nasionalisme di tempat lain," ujar Sandiaga.
Sementara itu, Kemenpora saat ini mengkaji pemutaran lagu Indonesia Raya sebelum dimulainya film di bioskop. Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan imbauan menyanyikan lagu kebangsaan itu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.
"Kami tidak menutup mata adanya ragam pandangan di masyarakat pasca-imbauan tersebut. Mungkin karena kurang biasa atau karena kurang paham. Karena itulah dilakukan pengkajian," ujar Ni'am. (fdn/jbr)