"Hasilnya bayang-bayang semua. Gambar orang bayang-bayang sehingga wajahnya, bentuk badannya, bajunya belum bisa dilihat dengan baik," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (23/1/2019).
Pelat nomor polisi di motor yang dikendarai terduga pelaku itu pun disebut Dedi tidak jelas. Kondisi di sekitar rumah Syarif yang minim pencahayaan disebut Dedi menjadi penyebab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu mau di-zoom, bayang-bayang semua karena saat gambar itu bisa diambil, kondisi lapangannya kurang cahaya sehingga bayang-bayang," ujar Dedi.
Dedi menyebut sebenarnya pemeriksaan compact disk recorder (CDR) hanya membutuhkan waktu 2 hari bila gambar terlihat jelas. Namun kualitas gambar CCTV di Indonesia disebut Dedi masih standar, belum high definition atau HD. Untuk itu, Polri meminta bantuan kepolisian London.
"Kalau untuk CDR itu, kalau bisa lengkap bisa dua hari (pemeriksaan), tetapi karena di Indonesia belum bisa, kami kirim ke London. Di London akan dianalisa kembali kendaraannya, orangnya, nomor polisi kendaraannya," ujar Dedi.
Teror molotov di rumah Syarif di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan itu terjadi pada Rabu (9/1) dini hari lalu. Tidak ada korban dalam kejadian itu, namun jelaga sempat membekas di tembok dinding garasi rumah Syarif.
Di hari yang sama, rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Jatiasih, Kota Bekasi, juga diteror. Orang tidak dikenal menaruh tas yang berisi benda diduga bom pipa.
Belakangan setelah diperiksa tim Gegana, benda tersebut tidak mengandung bahan peledak. Serbuk yang ada di pipa itu merupakan semen putih.
(aud/dhn)
Di hari yang sama, rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Jatiasih, Kota Bekasi, juga diteror. Orang tidak dikenal menaruh tas yang berisi benda diduga bom pipa.
Belakangan setelah diperiksa tim Gegana, benda tersebut tidak mengandung bahan peledak. Serbuk yang ada di pipa itu merupakan semen putih.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini