"Dugaan kematian buaya Mery adalah faktor dari awal rescue di Tombariri dan dibawa ke TWA (Tawan Wisata Alam) Batu Putih (Daops Manggala Agni) sudah mengalami drop, dan dugaan sementara adalah mengalami heat stroke. Selain itu, ditemukan akumulasi gas yang sangat banyak di organ lambung," demikian laporan tim dokter kepada wartawan, Selasa (22/1/2019).
Baca juga: Buaya 660 Kg yang Makan Orang Ditemukan Mati |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buaya itu mati pada Minggu (20/1). Sehari kemudian, pada Senin (21/1) buaya Mery dinekropsi untuk mengungkap penyebab kematiannya oleh dokter hewan Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki drh Dwielma Nubatonis dan drh Fahmi Agustiadi dibantu oleh Billy Lolowang dan Deity Mekel. Nekropsi ini disaksikan oleh pihak BKSDA dan pihak Polres Tomohon.
Reptil berbobot 660 kg itu kemudian dikuburkan di kawasan TWA Batu Putih usai dinekropsi. Namun beberapa sampel tubuhnya memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Selain itu, tulang-belulang yang ditemukan di perut buaya itu juga dikumpulkan untuk kebutuhan forensik dan diserahkan ke kepolisian.
Peliharaan Perusahaan Mutiara
Buaya Mery merupakan peliharaan sebuah perusahaan mutiara di Minahasa. Namun lurah setempat bahkan baru mengetahui ada buaya di wilayahnya.
"Saya baru tahu kalau di lokasi ini ada buaya," kata lurah setempat, Deytje M Kusoy, di lokasi kepada detikcom, Senin (14/1).
Keberadaan buaya itu baru diketahui setelah memangsa seorang perempuan bernama Deasy Tuwo (44) pada Kamis (10/1). Aparat gabungan langsung mengevakuasi Mery agar kejadian tak terulang. (bag/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini