Irjen Gatot Eddy, dari Kasatgas Nusantara Jadi Kapolda Metro Jaya

Irjen Gatot Eddy, dari Kasatgas Nusantara Jadi Kapolda Metro Jaya

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Selasa, 22 Jan 2019 12:12 WIB
Irjen Gatot Eddy Pramono sebagai Kasatgas Nusantara dalam diskusi 'Hoaks, Pemilu, dan Penegakan Hukum'. (Eva/detikcom)
Jakarta - Rotasi jabatan di Polri menjadikan Irjen Gatot Eddy Pramono sebagai Kapolda Metro Jaya. Selain punya jabatan tinggi di kepolisian, rupanya sosok Irjen Gatot bergelar tinggi di bidang akademis dan berpengalaman mendinginkan isu politik sebagai Kasatgas Nusantara.

Jabatan terakhir yang diemban Irjen Gatot Eddy adalah Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri sejak pertengahan 2018. Sebelumnya, dia merupakan Staf Ahli Kapolri bidang Sosial dan Ekonomi pada 2017.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal 2018, Gatot Eddy juga ditunjuk menjadi Kepala Satgas Nusantara. Satuan tugas itu dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mendinginkan isu yang berkaitan dengan politik. Peran Satgas Nusantara juga diperkuat menjelang Pemilu 2019.

"Suhu politik boleh panas, tapi jangan sampai berlebihan panasnya. Kalau melebihi panasnya, akan meledak," kata Gatot memberikan ceramah di Masjid Jami Al-Ihsan, Jl Kerinci X, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018).

Irjen Gatot juga pernah menjadi Kapolda Sulawesi Selatan pada 2016. Sedangkan di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Irjen Gatot Eddy adalah Kapolres Metro Depok pada 2008 dan Kapolres Metro Jakarta Selatan pada tahun berikutnya. Kemudian dia juga pernah menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya pada 2011.



Pada 2015, Gatot Eddy meraih gelar Doktor Kriminologi Universitas Indonesia (UI). Saat itu pangkatnya masih brigjen alias bintang satu.

Gatot Eddy menulis disertasi yang berjudul 'Transformasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Menjadi Kelompok Kekerasan (Studi terhadap Kekerasan Kelompok oleh Empat Ormas di Jakarta)' dan disidangkan pada Senin (27/7/2015). Salah satu promotornya adalah guru besar UI Prof Adrianus Meliala.

"Mengapa aktivis ormas melakukan kekerasan? Ya, karena terkait kebutuhan ekonomi. Contohnya, ketika melakukan penguasaan sebuah area lahan, yaitu untuk kebutuhan ekonomi. Dapat uang jago. Kalau ingin tuntas, pemerintah harus mampu menyediakan lapangan pekerjaan," kata Gatot Eddy dalam sidangnya.

Dikutip dari situs UI, Gatot Eddy mengungkap 3 faktor yang menyebabkan ormas melakukan aksi kekerasan, yakni terganggunya kepentingan kelompok, terganggunya identitas kelompok, dan terganggunya organisasi sosial. Adapun ormas yang menjadi subjek penelitian Gatot adalah Forum Betawi Rempug (FBR), Pemuda Pancasila, Forkabi, dan Kembang Latar. (bag/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads