Survei dilakukan pada 26 Desember 2018-8 Januari 2019. Survei dilakukan pada 1.200 responden. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling. Margin of error +- 2,98 persen dengan tingkat kepercayaan 95%.
"Elektabilitas PSI bertengger di angka 2,9%. Sementara pada survei November-Desember 2018, PSI mendapat 2,6%," ujar Direktur Y-Publica, Rudi Hartono, di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi 'nyaring' tersebut dinilai ampuh mencuri perhatian dan sorotan publik. Sehingga mampu menggiring suara pemilih, khususnya kaum perempuan.
"Strategi politik mereka yang nyaring sering membuat mereka menjadi perhatian publik. Misalnya dengan memilih isu poligami. Dengan menolak isu poligami sangat berpengaruh terhadap perempuan yang kritis terhadap poligami, kelompok liberal, kelas menengah terdidik, hingga anak-anak muda yang berpikiran progresif," paparnya.
Rudi mengatakan, hal itu juga tidak terlepas banyaknya masyarakat Indonesia yang cukup kritis dalam menyikapi praktik poligami. Buktinya, dalam survei terbaru 52,3% responden mengaku tidak setuju dengan praktik tersebut.
"Sementara responden yang setuju dengan poligami berjumlah 40,9%. Jadi mayoritas publik Indonesia itu tidak setuju dengan poligami," kata Rudi.
Sementara, untuk pendukung kedua paslon, pada prinsipnya baik pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandiaga tidak mendukung isu poligami. Namun, berdasarkan survei Y-Publika, pendukung pasangan nomor urut 01 yang lebih banyak menolak poligami.
"Pendukung Jokowi-Ma'ruf yang tidak setuju poligami sebanyak 59,3%. Sedangkan Prabowo-Sandiaga 53,8%," pungkasnya.
Simak Juga 'PSI Beri Kebohongan Award ke Prabowo-Sandi dan Andi Arief':