"PSI menyesalkan peristiwa ini, makam harus dibongkar dan dipindahkan hanya gara-gara perbedaan pilihan caleg, ini tragedi kemanusiaan," kata Juru Bicara PSI Guntur Romli dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Minggu (13/1/2019).
Kuburan yang dipindahkan adalah kuburan almarhum Masri Dunggio, yang sudah dimakamkan 26 tahun lalu, dan almarhumah Sitti Aisya Hamzah, yang baru setahun dimakamkan di halaman belakang milik warga bernama Awono. Pemindahan kuburan itu dilakukan di Desa Toto Selatan Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Guntur Romli, tidak seharusnya perbedaan politik memengaruhi hubungan sesama manusia. Apalagi hal itu sampai berdampak pada orang yang sudah meninggal yang tidak memiliki keterkaitan dengan pilihan politik.
"Pilihan politik itu hanya bagi yang hidup, mengapa yang sudah meninggal diseret-seret, sampai makam dibongkar dan dipindahkan, ini menunjukkan matinya nurani kebersamaan kita," katanya.
Guntur lantas menyinggung persoalan penolakan jenazah saat Pilkada DKI tahun 2017 lalu. Dia berharap, tragedi ini tidak terulang lagi ke depannya.
"Peristiwa ini seperti mengulang Pilkada DKI, yang tidak nyoblos gubernur seiman sampai diancam tidak diurus jenazahnya dan dimakamkan, kami berharap ini menjadi kasus terakhir, ini tragedi kebangsaan kita," pungkas Guntur. (mae/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini