Wisata edukasi yang dilaksanakan tiap bulan itu digelar oleh Jakarta Barriers Free Tourism (JBFT). Puluhan penyandang disabilitas seperti tunadaksa, tunarungu dan tunanetra pun mengikuti wisata edukasi tersebut.
Inisiator JBFT, Cucu Saidah, menjelaskan pentingnya wisata edukasi ini. Acara ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya aksesibilitas fisik dan sikap bagi para penyandang disabilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah kenapa etika ini perlu dikenalkan? Karena dalam keseharian kita sering kali ada kesalahpahaman, niat hati ingin membantu, karena tidak bertanya dulu akhirnya jadi salah, bisa jadi seperti itu. Itu sering kali terjadi, misalnya mau membantu, tapi tidak tanya dulu akhirnya salah atau bisa jadi membahayakan," imbuh dia.
![]() |
Baca juga: Pendidikan Inklusi bagi Anak Difabel |
Cucu mengatakan, acara ini swadaya dan terbuka bagi siapa pun, baik penyandang disabilitas maupun bukan. Dia berharap dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpartisipasi, maka semakin banyak juga perubahan terkait aksesibilitas untuk penyandang disabilitas di Indonesia.
"Maka perubahan-perubahan itu pelan-pelan akan terjadi dan mungkin kalau saya, saya merasakan sudah mulai ada perubahan ya, kita cukup konsisten juga bersama dinas Provinsi, dengan Dishub, dengan dinas lainnya, dengan dinas pariwisata, Bina Marga juga, sedikit demi sedikit pelan-pelan sudah mulai ada perubahan," katanya.
"Mungkin teman-teman juga banyak nerasakan sekarang, dengan perbaikan trotoar, kemudian adanya layanan-layanan dari Trans Jakarta, luar biasa keren sebetulnya. Itu hal yang perlu kita apresiasi, memang masih panjang perjalanannya, tapi keterlibatan kita itu penting sekali," sambung Cucu. (mae/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini