Hal ini dia sampaikan saat bersilaturahmi di Pondok Pesantren Al-Wahdah di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (11/1/2019).
"Ini menjadi pekerjaan rumah paling besar bagi Indonesia, yakni reformasi ekonomi umat dan menggerakkan ekonomi rakyat. Untuk itu, dibutuhkan pemerintahan yang kuat dengan kepemimpinan yang tegas dalam menjalankan program ini," terang Sandi dalam keterangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam perjalanan menyerap aspirasi, saya melihat beberapa pesantren mampu mandiri memenuhi kebutuhan hidup para santrinya dengan memanfaatkan lahan yang ada. Dari sayur mayur, ikan, tebu, hingga air. Bahkan ada yang menggunakan energi surya untuk memenuhi kebutuhan listrik pesantren tersebut," ungkapnya.
Menurut Sandi, 1 persen dari populasi Indonesia menguasai lebih dari 50 persen ekonomi. Dia berjanji akan mengurangi ketimpangan yang ada. Kebijakan yang sangat liberal membuat yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Utang semakin besar, dominasi asing, kepentingan asing semakin terasa.
Mengurangi ketergantungan pada asing adalah dengan memberdayakan potensi ekonomi Indonesia.
"Industri halal berpotensi menghasilkan pendapatan Rp 4.000 triliun. Indonesia masih nomor lima. Ini adalah potensi besar bagi kita dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia Saya akan openi (rawat) betul pesantren. Republik ini punya utang besar kepada pesantren. Pesantren insyaallah akan kami jadikan kawah candradimuka pemimpin bangsa ini dan mencetak para santri yang menciptakan lapangan kerja, bukan mencari kerja," jelas Sandi.
Sandi diterima dengan hangat oleh pengasuh Ponpes Al-Wahdah, Gus Affas Baidhowi. Hadir juga KH Najih Maimun Zuber dan KH Wafi Maimun dari Sarang, Gus Aam Wahib Surabaya, dan Gus Sholah Banyuwangi. (idr/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini