"Generasi muda kini menjadi segmentasi yang diperebutkan oleh dua ideologi tersebut. Pelajar dan mahasiswa adalah kelompok strategis namun sangat rentan terhadap pengaruh dari luar termasuk penetrasi paham ekstremisme agama dan liberalisme/individualisme," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (7/1/2019).
Hal tersebut diungkapkannya saat menerima audiensi Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Siswa Nasional Indonesia (DPP GSNI) di ruang kerjanya di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom bunuh diri satu keluarga di Surabaya menurutnya adalah contoh konkret yang menggambarkan hal itu. Diawali dengan sikap intoleran, menurutnya pintu gerbang menjadi pelaku terorisme semakin terbuka lebar.
"Menguatnya paham ekstremisme agama ini jelas merupakan ancaman terhadap takdir Tuhan untuk bangsa Indonesia yaitu berupa kemajemukan. Juga ancaman terhadap ideologi Pancasila yang ber-Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Di sisi lain, lanjutnya, fenomena yang juga harus menjadi perhatian serius adalah perihal ancaman ideologi liberalisme seperti perilaku seks bebas dan konsumsi narkoba di kalangan remaja.
Pada 2018 BNN pun merilis sebanyak 24 persen pengguna narkoba berasal dari kalangan pelajar. Belum lagi perilaku sex bebas hingga perilaku menyimpang seperti LGBT yang juga patut diwaspadai.
Masih diingat belum lama ini cukup ramai pemberitaan mengenai grup facebook gay SMP/SMU di Garut, Jawa Barat yang beranggotakan ribuan orang. Kelompok ini menurutnya jika terus diberi kebebasan pada gilirannya akan mengampanyekan perkawinan sejenis untuk dilegalkan di Indonesia.
"Perlahan namun pasti generasi muda digerogoti oleh dua ideologi transnasionalisme yang dalam praktiknya membonceng kemajuan teknologi. Hal ini bisa terjadi karena kedangkalan pemahaman terhadap ideologi Pancasila," jelasnya.
Oleh sebab itu ia pun mengajak kepada segenap kader GSNI untuk bekerja keras dan ikhlas berjibaku menghadapi derasnya propaganda ideologi transnasional tersebut.
Basarah mengatakan upaya membina dan menanamkan nasionalisme dan patriotisme harus ditanamkan sejak dini. Hal ini sebagai usaha dalam menciptakan pelajar cerdas, kreatif, cinta Tanah Air, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Karena itulah saya mengajak GSNI sebagai generasi muda bangsa, sekaligus warga negara Indonesia untuk sadar dan punya rasa tanggung jawab dalam mencegah serta menyadarkan upaya pihak-pihak yang hendak mengganggu ideologi Pancasila, khususnya di kalangan siswa-siswa sekolah dan masyarakat luas pada umumnya," katanya.
Sebagai informasi, turut hadir dalam audiensi tersebut Ketua dan Ika Indra Sanjaya selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Sekjen DPP GSNI Abdul Gani beserta pengurus lainnya.
Saat ini DPP GSNI membawahi 38 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia, dengan jumlah kader sekitar 5.000 siswa. (idr/idr)