Ma'ruf: Kemiskinan Tak Bisa Diukur Tipis Tebalnya Tempe

Ma'ruf: Kemiskinan Tak Bisa Diukur Tipis Tebalnya Tempe

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Senin, 07 Jan 2019 03:35 WIB
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta - Cawapres nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin, mengatakan ada sekelompok orang yang berusaha menegasikan prestasi pemerintahan saat ini. Menurut Ma'ruf, harga-harga diinformasikan semakin mahal padahal kenyatannya tidak demikian.

"Ada kelompok yang menihilkan, yang mengatakan sepertinya tidak ada. Bahkan diumpamakan itu, kemisikinan itu makin banyak, harga-harga makin mahal," kata Ma'ruf saat sambutan acara Harlah ke-46 PPP di kantor PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Minggu (6/1/2019).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ma'ruf juga menyinggung soal istilah tempe setipis ATM. Dia menegaskan kemiskinan dan pengangguran tak bisa diukur dari tipis atau tebalnya ATM.

"Sehingga tempe-tempenya sekarang, katanya kaya... kaya apa? Kartu ATM. Menghilangkan kemiskinan, menghilangkan pengangguran itu, tidak bisa diukur dengan tipis tebalnya tempe. Ukuran berhasil atau tidak. Itu melalui penilaian-penilaian oleh lembaga yang kredibel," ujarnya.

Ma'ruf kemudian menyampaikan dalil untuk menjelaskan kelompok masyarakat yang tak mau bersyukur. Dia menyentil pihak-pihak yang tak mau mengakui keberhasilan pemerintah.

"Itu pertama orang yang tidak mau mengakui tidak mau lain syakartum, kalau lain syakartum laazidannakum tapi banyak yang masih bersikap lain kafartum. Kalau lain kafartum. Inna azabi lasyadid," ujarnya.

Dia juga bercerita soal bully yang dialaminya saat menggunakan istilah buta bagi orang yang tak mau mengakui keberhasilan pemerintah. Ma'ruf mengatakan istilah buta dimaksudkan kepada mereka yang buta hatinya.

"Saya pernah mengupamakan itu. Saya tidak berani lagi. Karena saya dibully. Waktu itu saya minta maaf. Saya bilang orang yang seperti itu. Sama dengan orang buta. Oh akhirnya saya dibully. Banyak yang tersinggung. Saya akhirnya minta maaf. Maksud saya buta itu bukan buta matanyaa tapi buta hatinya, lahum ayunun la yubsiruna biha. Punya mata tapi tidak melihat. Lahum adzanu la yasmauna biha. Punya telinga tapi tidak mendengar. Saya tidak ingin menggunakan kata-kata itu lagi karena takut dibully," tuturnya.



Saksikan juga video 'Kenapa Polemik Data Kemiskinan Baru Ramai?':

[Gambas:Video 20detik]



Ma'ruf: Kemiskinan Tak Bisa Diukur Tipis Tebalnya Tempe


(knv/fai)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads