YP3TKI dalam dua tahun terakhir sudah menyalurkan 90 an mahasiswa khususnya asal Jabar untuk mengikuti program kuliah-magang di Taiwan. Sejauh ini belum ada laporan mengenai adanya kelebihan jam kerja dari mahasiswa.
"Tidak ada laporan (over time), waktu saya ke sana baik-baik saja, tiba-tiba ramai. Ada laporan itu kebanyakan misalnya ada yang tidak kerja karena tidak mengikuti prosedur dia off (diberhentikan)," kata Ketua YP3TKI Komarudin saat dihubungi via telepon genggam, Jumat (4/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Komarudin mengaku memang ada penambahan jam kerja seiring meningkatnya semester kuliah. Pihaknya mengklaim sudah menyampaikan situasi tersebut kepada mahasiswa yang disalurkan ke Taiwan.
Dia menuturkan semester awal para mahasiswa memang dibebankan maksimal 20 jam per minggu. Namun, ketika semester 2, ada penambahan jam kerja menjadi 3 hari dan kuliah selama dua hari.
Setelah setahun berada di Taiwan, kemudian akan ada penyesuaian jam kerja kembali menjadi 5 hari bekerja dan satu hari kuliah. Namun, pihaknya tidak mengetahui pasti mengenai jam kerja perharinya.
"Kalau ada yang mengatakan 10 jam per hari, saya rasa enggak. Kemungkinan di luar sepengetahuan universitas. Tapi soal perubahan jam kerja itu sudah kami sampaikan sejak awal," ungkap dia.
Dia mengatakan memastikan lebih lanjut mengenai adanya kabar kerja paksa mahasiswa di Taiwan. Pihaknya akan segera berkunjung ke Taiwan untuk mengecek kondisi mahasiswa khususnya asal Jabar.
"Biasanya komunikasi lewat (telepon). Tapi dalam waktu dekat saya mau ke sana sekalian ngecek," kata Komarudin.
BPMS Jabar Hanya Bantu Sosialisasi
Terpisah, Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jabar mengakui mensosialisasikan program kuliah berbasis magang di Taiwan ke sekolah-sekolah di Jabar. Dalam setahun, BMPS menerima dua kloter pendafataran.
BMPS Jabar sudah bekerjasama dengan YP3TKI selama dua tahun terakhir. BMPS Jabar hanya diminta mensosialisasikan program tersebut ke sekolah.
Kepala Sekretariat BMPS Jabar Joni Rudianto sudah menerima ratusan pendaftar dari berbagai sekolah selama tahun 2017 dan 2018. Selama setahun, pihaknya menerima dua kali pendaftaran.
"Dua kloter pendaftaran. Tahun ini kami terima di bulan Mei dan September. Jumlahnya seratusan lebih," kata Joni saat ditemui di kantor BMPS Jabar, Jalan Hasan Saputra, Kota Bandung, Kamis (3/1/2019).
Namun, pihaknya tidak mengetahui jumlah pasti siswa yang diberangkatkan YP3TKI untuk berkuliah di Hsing University, Chia Nan University, MeioHo University, dan Far East University, Taiwan.
"Tidak ada konfirmasi lagi terkait siapa yang lulus atau tidak berangkat. Itu urusan YP3TKI. Kami hanya sosialisasi dan menerima pendaftaran," jelas dia.
Diakuinya siswa yang mendaftar akan diseleksi terlebih dahulu oleh YP3TKI. Nantinya, siswa yang lolos akan mengikuti pelatihan bahasa dan lainnya selema beberapa pekan. "Karena bahasa yang paling utama. Jadi ada sertifikasi dan diklat dulu setahu saya," ujar Joni.
Tonton juga video 'DPRD Babel Minta Kepastian Nasib 294 Mahasiswa di Taiwan':