Kontroversi Prediksi 'Rezim Tunggal' Jokowi-Prabowo

Kontroversi Prediksi 'Rezim Tunggal' Jokowi-Prabowo

Tim detikcom - detikNews
Senin, 31 Des 2018 22:26 WIB
Jokowi dan Prabowo berpelukan. (Foto: dok. Twitter Jokowi)
Jakarta - Di tengah panasnya pertarungan Pilpres 2019, muncul prediksi bersatunya dua kubu. Dua capres Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto diyakini akan bersatu dalam satu pemerintahan seusai pilpres nanti.

Prediksi yang kemudian menjadi kontroversi oleh kedua kubu itu pertama kali diembuskan oleh politikus PDIP, Maruarar Sirait. Bukan tanpa alasan Maruarar menilai ada kemungkinan 'kawin'-nya sang petahana dan capres nomor urut 02. Sebab, keduanya merupakan kawan baik.

"Jadi politik kita akan semakin luar biasa hebatnya. Jadi Jokowi dan Prabowo itu bukan tidak mungkin setelah pilpres nanti mereka dalam satu pemerintahan yang sama," ujar Maruarar di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (30/12).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Prediksi Maruarar kemudian diamini kubu Prabowo. Partai Gerindra sepakat ada kemungkinan Jokowi dan ketumnya bersatu kelak dalam satu pemerintahan. Namun kemungkinan itu dengan catatan, yakni jika Prabowo bersama Sandiaga Uno memenangi pilpres mendatang.

Sama seperti Maruarar, Gerindra juga memiliki alasan tersendiri mengapa meyakini persatuan dua rival itu bisa terwujud. Sebab, Prabowo diyakini bukanlah seorang pendendam. Gerindra yakin Prabowo akan merangkul Jokowi jika kelak memegang pucuk pemerintahan.

"Mungkin saja. Kalau Pak Prabowo menang dan jadi presiden, kita insyaallah akan rangkul teman-teman yang kalah," kata anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra, Andre Rosiade, kepada wartawan, Senin (31/12/2018).

"Tapi catatannya, bukan kita ikut Pak Jokowi, melainkan kubu Pak Jokowi yang ikut kita. Orang insyaallah presidennya Prabowo kok, bukan Jokowi," kata Andre.


Sementara itu, PKS memilih berbeda pandangan dengan rekan sekubunya, Gerindra. Menurut Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, kecil kemungkinan skenario persatuan itu bisa terwujud. Apalagi, menurut Mardani, dua tokoh yang juga pernah berebut kursi pada Pilpres 2014 itu jauh berbeda.

"Kemungkinan skenario itu di bawah 5 persen," kata Mardani kepada wartawan, Senin (31/12/2018).

"Semua punya kemungkinan. Tapi posisi saat ini Pak Prabowo menjadi antitesis Pak Jokowi. Pak Prabowo punya paradigma dan kebijakan yang berlawanan dengan Pak Jokowi," kata Mardani, yang juga Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.




Simak juga video 'Sandi Mengaku Kerap Mendapatkan Sumbangan dari Masyarakat':

[Gambas:Video 20detik]



(mae/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads