Peristiwa itu terjadi pada 1 Desember 2018. Mulanya disebut ada 31 pekerja yang tewas.
"Kejadiannya itu di Kabupaten Nduga, dulu memang warnanya merah. Saya dulu pernah ke sana," kata Presiden Jokowi saat ditanya wartawan di gedung Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi langsung memerintahkan Panglima TNI dan Kapolri mengecek langsung ke lokasi. Jokowi tak ingin kabar ini menjadi simpang siur.
"Saya juga telah memerintahkan Panglima TNI dan Kapolri untuk mengejar dan menangkap seluruh pelaku tindakan biadab dan tidak berperikemanusiaan tersebut," kata Presiden Jokowi dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (5/12).
Kapolri Sebut Jumlah Korban Tewas 20 Orang
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut korban tewas aksi keji KKB berjumlah 20 orang. Sebanyak 19 orang merupakan pekerja proyek dan 1 orang adalah prajurit TNI.
"Informasi sementara (yang tewas) 20," kata Tito saat jumpa pers di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (5/12).
KKB Pimpinan Egianus Kogoya, Sudah Memantau 3 Bulan Sebelum Menyerang
Kapolri juga menyatakan bahwa KKB tersebut dipimpin Egianus Kogoya. Kelompok itu didukung 20-50 anggota.
Kelompok itu mengakui perbuatan mereka dan menyatakan sudah melakukan pemantauan selama 3 bulan. Mereka berkilah menyerang TNI, bukan warga sipil.
![]() |
"Panglima Daerah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Makodap III Udugama Egianus Kogoya menyatakan bertanggung jawab terhadap penyerangan SIPUR pekerja jembatan Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua melalui komandan operasinya," tulis mereka dalam akun Facebook Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB). Pernyataan itu di-posting pada Rabu (5/11).
Rintangan TNI-Polri Hadapi KKB
Helikopter TNI ditembaki oleh KKB saat akan mengevakuasi jenazah korban di Nduga. Ada seorang prajurit yang tertembak di bagian tangan akibat baku tembak.
"Begitu Tim Nanggala tiba dengan tiga unit helikopter, ada tembakan dari arah Puncak Kabo. Kemudian Tim Nanggala melakukan tembakan balasan dari helikopter. Satu unit helikopter jenis Bell baling-balingnya terkena tembakan dari kelompok KKB," ujar Kapolda Papua Irjen Martuani Sormin dalam keterangannya, Rabu (5/12).
KKB Serang Pekerja Proyek karena Ingin Pisah dari RI
Juru bicara kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) ini akhirnya bicara. Alasannya, ingin Papua pisah dari Indonesia.
Juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan, jauh sebelum penembakan mengerikan di Nduga tersebut, mereka telah memperingatkan agar pembangunan jalan Trans Papua tidak dilanjutkan.
"Jadi di Yigi itu bukan pembantaian, bukan eksekusi mati seperti yang dikatakan TNI-Polri. Itu penyerangan," kata Sebby Sambom saat dihubungi detikcom, Kamis (6/12).
Berdasarkan keterangan yang didapat polisi, saat kejadian, para pekerja bersama masyarakat setempat tengah melakukan prosesi bakar batu di kamp. Usai prosesi itu, Egianus Kogoya dan kelompoknya mendatangi kamp dan meminta para pekerja yang berjumlah 28 orang keluar.
Pada Minggu (2/12), para pekerja disuruh ke Puncak Kabo dengan berbaris dan berjalan jongkok. "KKB melakukan tarian perang dan mengeksekusi satu per satu karyawan PT. Korban yang masih hidup saat itu terlalu cepat melarikan diri sebanyak 3 orang, karena KKB belum jauh dilakukan pengejaran sehingga yang 3 orang tertangkap dan dieksekusi di tempat dengan menggunakan parang," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal. Hal itu diungkap dalam konferensi pers bersama di hanggar Bandara Mozes Kilangin, Timika, Jumat (7/12).
Para Pembantai itu Belum Tertangkap
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan penyebab pelaku pembantaian para pekerja PT Istaka Karya, kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya, belum juga tertangkap hingga saat ini. Selain terkendala kondisi medan yang sulit dikuasai, momen perayaan Natal dan tahun baru juga menjadi alasan.
"Persoalannya adalah medan yang berat, hutan lebat, gunung yang tinggi, perbukitan. Mereka paham medan itu dan secara fisik juga kuat, kemudian mereka juga punya senjata. Otomatis yang kita lakukan tetap operasi penegakan hukum terbatas," jelas Tito di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018).
"Tapi khusus Natal dan tahun baru, sudah saya perintahkan jajaran Polri di sana untuk cooling down dulu, gencatan senjata. Kenapa? Karena Natal dan tahun baru, masyarakat di sana sangat menghargai gereja," sambung Tito.
Tonton juga video '4 Korban Luka Bacok KKB di Trans Papua Masih Dicari':
(bag/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini