"Persoalannya adalah medan yang berat, hutan lebat, gunung yang tinggi, perbukitan. Mereka paham medan itu dan secara fisik juga kuat, kemudian mereka juga punya senjata. Otomatis yang kita lakukan tetap operasi penegakan hukum terbatas," jelas Tito di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018).
"Tapi khusus Natal dan tahun baru, sudah saya perintahkan jajaran Polri di sana untuk cooling down dulu, gencatan senjata. Kenapa? Karena Natal dan tahun baru, masyarakat di sana sangat menghargai gereja," sambung Tito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tito menuturkan pengejaran kembali dimaksimalkan seusai pergantian tahun. "Istilahnya sudahlah sama-sama nggak boleh 'main'. Selama sana (KKB) nggak ribut. Nanti selesai tahun baru, baru kita kejar lagi," ujar Tito.
Dalam masa gencatan senjata ini, Tito menuturkan aparat Polri dan TNI melakukan upaya pendekatan lunak kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat Papua.
"Seperti di sana kemarin ada perayaan Natal bersama. Jadi kita sedang perang merebut simpati publik. Siapa yang berhasil merebut simpati publik, dia akan menang," ungkap Tito.
Kasus ini bermula pada 1 Desember 2018, ketika Egianus dan kelompoknya menyerang kamp pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan Trans Papua. Egianus kemudian mengeksekusi mati para pekerja keesokan harinya (2/12).
Sebagian pekerja berhasil menyelamatkan diri dengan cara pura-pura mati ketika ditembaki dan lari saat Egianus cs meninggalkan mereka.
Saksikan juga video 'Upaya Pemerintah Lawan Opini-opini Salah soal Papua di Luar Negeri':
(aud/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini