Belum jelas betul kaitan antara peristiwa erupsi Gunung Anak Krakatau dengan tsunami di pesisir Banten dan Lampung. Namun yang jelas, Anak Krakatau sudah menggeliat sejak sebelum tsunami.
"Diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati, di kantornya, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Minggu (23/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunung Anak Krakatau merupakan 'anak kandung' dari Gunung Krakatau yang menghancurkan dirinya sendiri lewat erupsi dahsyat tahun 1883. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Anak Krakatau kini tengah menjalani fase pertumbuhan. Gunung itu sudah setinggi 338 meter di atas permukaan laut.
Foto: NASA |
Untuk tahun 2018, Gunung Anak Krakatau yang tetap berstatus Waspada mulai giat menggeliat sejak 18 Juni. Terjadi gempa vulkanik, tektonik, dan tremor di kawasan Selat Sunda itu. Gempa meningkat menjadi 69 kejadian per hari pada 19 Juni. Status Waspada terus dipertahankan PVMBG hingga kini. Masyarakat tidak boleh beraktivitas pada radius 2 km dari gunung.
Sabtu 22 Desember 2018 petang, Tim Patroli Kepulauan Krakatau Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) merekam aktivitas Anak Krakatau. Pukul 17.22 WIB, gunung itu menyemburkan material pijar terus-menerus. Suasana menjadi mencekam karena ada getaran yang terasa.
"Suara dentuman juga terdengar cukup keras yang menyebabkan pos jaga Pulau Panjang tersebut bergetar," kata Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Kepulauan Krakatau lewat akun Instagram resminya.
Tinggi kolom abu lebih dari 1.500 m di atas puncak. Erupsi itu terekam pada seismograf dengan amplitudo maksimum 58 mm dengan durasi kurang-lebih 5 menit 21 detik. Sejak pukul 12.00 WIB hingga 18.00 WIB, Anak Gunung Krakatau mengalami 423 letusan. Aliran lava pijar dilaporkan PVMBG mengalir ke area lautan di sisi selatan.
Pada malam harinya, terjadilah erupsi yang kemudian menyisakan misteri, apakah berkaitan dengan tsunami sesudahnya atau tidak.
Foto: Pencarian korban Tsunami di Carita (Bahtiar-detik) |
"Pada pukul 21.03 WIB terjadi letusan, selang beberapa lama ada info tsunami," kata PVMBG lewat situs resminya pada Minggu (23/12/2018). Lava pijar terlontar hingga 2 km.
Pukul 21.27 WIB, terpantau ada kenaikan muka air pantai. Terjadilah tsunami di kawasan Banten dan Lampung. Ratusan orang meninggal dunia.
Namun demikian, PVMBG belum menyimpulkan bahwa erupsi Anak Krakatau-lah yang menyebabkan tsunami. Soalnya, rekaman getaran tremor tertinggi pada Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang air laut. Untuk menimbulkan tsunami sebesar yang terjadi pada tadi malam, perlu ada runtuhan yang cukup besar yang masuk ke air laut. Perlu energi besar pula untuk melongsorkan runtuhan yang cukup besar itu.
"Sampai saat ini tim atau pun masyarakat di sana belum melihat ada letusan besar dari Anak Krakatau," kata Kabid Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Wawan Irawan, saat konferensi pers di Gedung PVMBG, Kota Bandung, Minggu (23/12/2018).
Tonton juga ' Melihat dari Dekat Gunung Anak Krakatau Erupsi ':
(dnu/imk)












































Foto: NASA
Foto: Pencarian korban Tsunami di Carita (Bahtiar-detik)