"Sudah selayaknya bahwa kami di LIPI sebagai salah satu lembaga publik menyampaikan riset untuk apa-apa yang telah kami lakukan dan telah kami hasilkan kepada publik sehingga hasil dan kerja riset di LIPI itu bisa diketahui dan mungkin malah bisa mendapatkan feedback bagi pengembangan riset ke depan," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko di Auditorium LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (19/12/2018).
Sebelum memaparkan hasil capaian LIPI, Handoko terlebih dulu menyampaikan akan ada reorganisasi dalam internal LIPI pada Januari 2019 mendatang untuk meningkatkan efisiensi dan pengoptimalan sumber daya. Akibatnya, pusat penelitian LIPI yang sebelumnya berjumlah 46 di 22 lokasi dirampingkan menjadi 39 di 15 lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pusat penelitian, LIPI juga mengakomodir 5 kebun raya, 4 pusat internasional, 2 technology park, serta 1 science and techno park. Selain itu, dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, LIPI juga memperoleh 493 hak paten serta 28 hak cipta.
"Kalau dari sisi aplikasi teknologi ini menghasilkan 860 paten secara kumulatif, khusunya 4 tahun terakhir itu mengalami peningkatan yang luar biasa. Khususnya dimulai di tahun lalu itu juga di atas orde 150, dan tahun ini yaitu 200 paten. Dan ini merupakan penghasil paten institusi tunggal yang terbesar tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kawasan," terangnya.
Handoko menjelaskan bahwa setiap keluaran riset di LIPI harus dalam bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI), baik dalam bentuk paten, hak cipta, maupun publikasi. Meskipun demikian, dijelaskan Handoko, keberadaan copyright tidak menjadikan hasil riset itu dikomersilkan.
"Tetapi kalaupun menjadi ada copyright, tidak berarti itu dikomersilkan. Jadi dilisensikan itu tidak berarti dikomersilkan. Karena pada banyak kasus di mitra kami itu kami berikan secara cuma-cuma, khususnya untuk UKM, perusahaan mikro itu kami berikan secara cuma-cuma. Tapi pada saat mereka mulai tumbuh, bisa mulai sustain, itu kami baru biasanya kami kasih lisensi. Jadi lisensi itu tidak berarti harus bayar," tutur Handoko.
Selama periode 2014-2018, peneliti LIPI telah menghasilkan 7.994 publikasi ilmiah. LIPI juga telah membina 2.650 generasi muda Indonesia melalui pembinaan ilmiah dari peneliti-peneliti LIPI dalam lima tahun terakhir.
Beberapa capaian penting LIPI selama tahun 2018 di antaranya berbagai produk pangan fungsional untuk pencegahan stunting, Fasilitas Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), Laboratorium Biosafety Level-3, bioethanol generasi kedua, inovasi Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) untuk identifikasi jenis kayu dalam hitungan detik, serta penemuan 50 jenis baru flora, fauna, dan mikrobiologi.
"LIPI adalah satu-satunya lembaga litbang di negara ini yang memiliki kajian ilmu sosial. Di situ kami banyak melakukan kajian-kajian yang fokus pada aspek-aspek sosial. Dan itu juga banyak bersinergi dengan teman-teman yang ada di science dan engineering untuk bagaimana kita bisa mengelola produk-produk itu lebih baik ke masyarakat," ujar Handoko.
Refleksi 2018 LIPI juga dihadiri Staf Ahli Menristekdikti Bidang Infrastruktur Hari Purwanto serta Anggota Komisi VII DPR RI Fadel Muhammad. Selain memaparkan capaiannya, LIPI juga memberikan penghargaan kepada media cetak, televisi, dan radio serta 11 mitra kerja LIPI dari beragam unsur.
Saksikan juga video 'Heboh soal Racun Kalajengking, Peneliti LIPI pun Angkat Bicara':
(azr/fjp)