Di Depan Emak-emak, Mahyudin: Negara Ini Rusak karena Korupsi

Di Depan Emak-emak, Mahyudin: Negara Ini Rusak karena Korupsi

Nabila Nufianty Putri - detikNews
Minggu, 02 Des 2018 16:05 WIB
Foto: Dok. MPR
Jakarta - Wakil Ketua MPR Mahyudin menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada 'emak-emak' yang tergabung dalam Himpunan Wanita Karya (HWK). Mahyudin meminta peserta melihat bibit, bebet, dan bobot ketika memilih calon wakil rakyat pada Pemilu serentak tahun 2019.

"Menjelang Pemilu 2019, saya mengingatkan, sebelum memilih, lihat calon yang mempunyai visi-misi yang bagus. Lihat dulu bibit, bebet, dan bobot calon wakil rakyat," katanya di depan sekitar 200 emak-emak HWK di Aula Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan, Minggu (2/12/2018).


Mahyudin menyinggung soal memilih kepala daerah dan wakil rakyat berkaitan dengan salah satu tantangan internal yang dihadapi Indonesia. Tantangan internal itu adalah kurangnya keteladanan sikap dan perilaku sebagian tokoh bangsa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurangnya keteladanan itu tecermin dalam perilaku korupsi. Banyak pemimpin bangsa kita yang ditangkap karena korupsi. Mahyudin menyebutkan Ketua DPR, Ketua DPD, banyak kepala daerah, anggota DPR, dan anggota DPRD yang terkena kasus korupsi.

"Negara ini rusak karena korupsi," ujarnya.

Karena itu, Mahyudin meminta peserta memilih wakil rakyat yang tidak melakukan politik uang atau money politics. Sebab, politik uang itulah penyebab terjadinya korupsi. Ia menyebutkan, ketika calon kepala daerah (gubernur, bupati, wali kota) dan calon wakil rakyat melakukan money politics, ada dua akibatnya.

Pertama, calon yang melakukan money politics ketika berkampanye, jika terpilih, akan mengembalikan uang yang telah dikeluarkan saat kampanye itu.

Kedua, calon yang melakukan money politics tidak memiliki integritas. "Ketika ingin dipilih, dia menyogok rakyatnya. Maka, jika terpilih, dia akan mudah disogok," tuturnya.

"Dia tidak punya integritas membangun bangsa ini lebih baik. Dia hanya punya ego untuk kepentingan terpilih," imbuh Mahyudin.

Menurut Mahyudin, money politics ini membuat beceknya lapangan demokrasi di Indonesia. "Akibatnya, mereka yang memiliki uang bisa terpilih. Maka kapitalisasi terjadi dalam kebijakan. Ini terjadi di pusat dan daerah," jelasnya.

"Demokrasi kita seharusnya mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat. Tapi, jujur, dalam pandangan saya, bangsa kita tidak siap 100 persen melaksanakan demokrasi pemilihan secara langsung," tambahnya.


Dia melanjutkan, demokrasi langsung efektif di negara-negara maju yang pendapatan per kapita di atas USD 11 ribu. Sedangkan pendapatan per kapita Indonesia baru USD 3.500.

Sosialisasi Empat Pilar ini menghadirkan narasumber Popong Otje Djundjunan (Fraksi Partai Golkar) serta dihadiri Ketua HWK Ida Prihastuti dan Camat Balikpapan Selatan. (ega/prf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads