"Acara 212 adalah momentum umat Islam untuk berkumpul, bersatu dalam rangka menjaga opini masyarakat muslim di Indonesia itu pernah melakukan demonstrasi dengan tertib," kata Mustofa di Gedung Joang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).
Dia mengatakan Reuni 212 juga jadi tempat umat Islam di Indonesia untuk menyampaikan pendapat. Dia berharap aspirasi yang ada di Reuni 212 bisa dijadikan acuan pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan umat Islam.
"Muslim ini mereka punya power. Di mana masyarakat punya suara yang didengar dan suara itu menjadi suatu kebijakan dari pemerintah yang sekarang ini. Misal soal kriminalisasi ulama, tuduhan radikalisme terhadap umat Islam, intoleran terhadap Islam, terorisme terhadap Islam itu. Sehingga itu bisa dikurangi," kata Mustafa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan adanya Reuni 212 ini kemudian umat Islam berkumpul di situ. Dia akan menyampaikan pendapat agar didengar oleh pemerintah. Karena kalau ke Istana langsung selama itu toh tidak diterima dengan baik, jadi salah satunya dengan berkumpul implementasi ke sebuah demokrasi yang itu dilindungi UU," ujar Mustafa.
Reuni 212 akan berlangsung di Monas, Jakarta Pusat pada Minggu (2/12). Ketua Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Slamet Maarif mengatakan reuni aksi 212 tidak jauh berbeda dengan aksi tahun 2016. (ibh/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini