Hasto mengatakan pada pemili 2014, PDIP hanya mentok mendapatkan angka 27 persen sedangkan pemilih Jokowi bisa mencapai 67 persen. Ia menyebut tidak semua pendukung Jokowi juga memilih PDIP.
"Tugas kita adalah bagaimana yang mendukung Pak Jokowi 67 persen mereka bisa berpindah mendukung PDIP itu tugas kita. Karena kalau kita bisa mendapatkan 30 persen ini memperkuat pemerintahan Pak Jokowi ke depan apalagi bisa lebih dari itu," ujarnya dalam kegiatan safari kebangsaan, di Kantor DPC Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (25/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka itu saudara sekalian dari awal pemilih pak Jokowi pindah ke kita 67 persen itu boleh kita bekerjasama dengan yang lain karena pasar kita berbeda dengan Golkar, dalam survei DPP (PDIP), Gerindra itu berhimpitan dengan Golkar dan Demokrat dengan PAN dan NasDem karena berasal dari partai golongan karya orde baru itu yang terjadi," ucapnya.
Pada pemilu 2019 Hasto mengatakan pesaingnya bukan hanya Prabowo-Sandi, tetapi juga dengan partai Gerindra sebagai pengusung utama. Ia juga turut mengapresiasi langkah demokrat yang membebaskan kadernya untuk memilih.
"Pemilu ke depan yang kita hadapi bukan pak Prabowo dan pak Sandi tapi yang kita hadapi pak Prabowo pak sandi dan partai pengusungnya seperti Gerindra. Makanya, Demokrat pak SBY pun mengatakan kadernya bebas memilih. Itu untuk menyelamatkan partainya itu energi positif bagi kita termasuk di Cilacap ini kita harus optimis bisa turun ke bawah," tutur Hasto.
Hasto optimis daerah Jawa Tengah masih menghasilkan suara terbanyak bagi PDIP. Hasil eletabilitas PDIP mendapat suara 46 persen meskipun gaung gerakan ganti presiden gencar dipromosikan partai oposisi.
"Survei terakhir elektabilitas PDI Perjuangan di Jawa Tengah mencapai 46 persen. Karena itu gerakan ganti presiden tak laku di Jawa Tengah," katanya. (nvl/nvl)











































