AIYEP diselenggarakan periode Oktober-Februari setiap tahunnya. Untuk 2018-2019, kota penyelenggara AIYEP di Australia adalah Melbourne (fase kota) dan Bendigo (fase desa). Rivana Amelia (23) peserta AIYEP asal Aceh, menceritakan pengalamannya mengikuti program tersebut selama kurang lebih 2 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 18 peserta Indonesia terpilih yang diberi kesempatan untuk menggali pengalaman kerja di Australia dan Indonesia. Mereka bekerja magang di kantor-kantor maupun institusi-institusi yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat dan juga keterampilan para peserta. Untuk tahun ini, salah satu peserta asal Indonesia pulang karena masalah pribadi.
Kembali ke Amel, selain mengikuti program, wanita berkerudung ini mengaku dirinya merasa seperti sedang berlibur lantaran tempatnya bermukim sementara ini begitu cantik. Dia menegaskan tujuan utamanya mengikuti AIYEP guna menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
"Teman-teman yang lain ketika mereka ditempatkan di Melbourne, sementara saya nggak di Melbourne, countryside di New Gisborne, Victoria. Tapi juga sangat cantik tempatnya, berasa kayak lagi liburan, nggak kayak kerja. Jadi pengalaman saya agak berbeda," tuturnya.
"Liburan itu bonus. Tujuan utama 3, pengalaman, relasi dan ilmu. Jadi pertama kita di sini belajar hal baru, budaya," imbuh wanita yang biasa disapa Amel itu.
Dia mengaku mendapat pengalaman baru ketika tiba di Australia, mulai dari komunikasi hingga budaya yang disinggungnya tadi.
Para peserta AIYEP tinggal bersama host family atau keluarga Australia mereka selama mengikuti program. Amel punya cerita tersendiri soal host family-nya.
"Pengalaman paling seru saya dari semua aktivitas ketika tinggal bersama host family dan itu terasa pertukaran budaya. Kadang kalau ada party, mereka dengan budaya mereka, mereka tetap minum tapi karena saya muslim dan tidak minum, mereka menyediakan mocktail. Saling toleransi," ucap Amel yang juga bendahara AIYEP angkatan '37 itu.
Jika Amel punya cerita, Fani pun demikian. Tifani Diahnisa Hardianti, spokeperson AIYEP '37 menceritakan apa saja yang dilakukan para peserta selama menjalankan program. Intinya, kata dia, mereka mencari pengalaman profesional dari program AIYEP.
![]() |
"Di AIYEP banyak hal yang kita lakukan. Satu, professional working placement, itu magang. Jadi kita magang di tempat yang berbeda, kayak di government, di school, di NGO, bahkan ada yang di daycare sekalipun. Jadi kita memang tujuan utama dari AIYEP ini adalah professional experiences dari magang," katanya.
"Kedua, cultural performance. Ketiga, staying with host family. Jadi kita ada host family yang kita tinggal bareng. Keempat adalah community development, kayak KKN. KKN nanti di Riau, bukan Australia. Australia ini lebih ke professional working placement. Nanti waktu di Indonesia lebih ke KKN," ucapnya.
Selama magang di Australia, Fani menggeluti dunia pendidikan. Untuk fase kota atau di Melbourne, dia mengaku magang di Dinas Pendidikan Victoria. Di Bendigo, dirinya magang di sekolah dasar St Francis of The Fields Primary School, semacam sekolah katolik serta magang di SMP-SMA Eaglehawk.
"Di sana bantuin guru bahasa Indonesia. Jadi ada guru bahasa Indonesia, orang bule sih, tapi dia ngajar bahasa Indonesia dan kita bantuin anak-anak belajar bahasa Indonesia. Kita juga ngajarin tari Saman, karena biasanya kalau sekolah-sekolah kayak ada assembly, apa ya bahasanya, kayak performance sendiri," sebut Tifani menjelaskan kegiatannya selama magang.
Untuk peserta Australia, mereka akan mendapat kesempatan sama, yaitu menggali pengalaman kerja selama dua bulan di Indonesia. Mereka akan berangkat ke Indonesia pada 2 Desember 2018 bersama peserta dari Indonesia dan akan melaksanakan program di Kabupaten Siak serta Kota Pekanbaru, Riau. (gbr/bag)