Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR, Siti Fauziah, mengatakan pentas seni budaya wayang kulit adalah salah satu metode penyampaian Sosialisasi Empat Pilar MPR.
"Metode ini unik dan sangat efektif karena sangat fleksibel mengikuti budaya daerah masing-masing. Seperti di Jawa Timur atau Jawa Tengah dengan seni wayang kulit. Jawa Barat dengan seni wayang golek, di Riau dengan seni gurindam sejenis pantun dan syair serta daerah lainnya dengan keberagaman seninya," ujar Siti dalam keterangan tertulisnya, Minggu (25/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siti mengatakan selain ditujukan kepada generasi sepuh dan umum yang sudah memahami seni wayang, pentas ini juga ditujukan kepada masyarakat generasi milenial.
"Ada dua dampak positif yang ingin MPR dapat dari generasi milenial ini yakni pertama, sosialisasi pasti tersampaikan. Kedua, MPR ingin melestarikan budaya daerah dengan memperkenalkan seni budaya Tanah Air kepada generasi muda bangsa sehingga mereka bisa memahami, mencintai, dan kemudian menjaga serta melestarikannya," jelasnya.
Pentas seni wayang kulit tersebut didesain bukan hanya sekedar tontonan, lanjut Siti, tapi merupakan tontonan dan hiburan yang sarat tuntunan yang diharapkan bisa diterapkan oleh masyarakat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Lakon ini mengisahkan perang Bharatayuda dalam epos Mahabharata yang memberikan pesan perilaku yang mengakibatkan konflik dan perseteruan tidak hanya berdampak negatif bagi para pelaku konflik, tapi juga masyarakat sekitar. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan pemahaman dan pengamalan Pancasila serta karakter bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kesantunan serta musyawarah.
Diceritakan pula sosok yang memegang teguh dan selalu memihak kepada kebaikan, menghindari konflik, dan menjunjung kebersamaan. Pada akhirnya, kebaikan akan selalu menang.
Turut hadir pada acara ini antara lain pimpinan dan anggota DMD MLKI Malang Raya, Lurah Plaosan, Camat Wonosari, para sesepuh dan tokoh masyarakat serta ratusan masyarakat Plaosan dan Wonosari. (idr/idr)