"Sekaligus juga hari ini saya mengklarifikasi bahwa pidato yang tidak mau mengakui adanya kenyataan pembangunan yang dilakukan Pak Jokowi, berbagai fasilitas kemaslahatan, kemanfaatan, saya menggunakan istilah yang tuli dan buta. Yang saya maksudkan bukan secara fisik, tapi pada soal hati," ujar Ma'ruf usai bertemu penyandang disabilitas di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11/2018).
Ma'ruf Amin menegaskan pernyataan soal 'buta' dan 'budek' tidak bermaksud menghina. Sebab cucunya, Ahmad Fathi Khalidi, juga seorang difabel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena tidak mungkin, karena cucu saya sendiri ini, cucu saya ini juga difabel. Jadi nggak mungkin menghina cucu saya sendiri. Sekarang cucu saya ini kuliah di Universitas Brawijaya jurusan Arsitektur di Malang. Karena itu saya sama sekali tidak merasa bahwa saya merendahkan," jelas Ma'ruf.
Karena salah paham yang terjadi, Ma'ruf menyatakan permohonan maaf bila perkataannya dinilai menyinggung.
"Tetapi memang kalau ucapan itu juga masih dianggap sebagai melukai, maka saya bilang saya minta maaf karena saya tidak ingin melukai. Sama sekali tidak ada kaitan dengan soal fisik," tegasnya.
Ma'ruf sebelumnya pernah menegaskan maksud 'buta-budek' itu merujuk pada pihak yang tak bisa melihat prestasi pemerintahan Jokowi.
"Kalau ada orang yang mengingkari kenyataan, apa yang telah dilakukan oleh Pak Jokowi, kalau (ada) ya. Saya nggak nuduh siapa-siapa, kalau, namanya kalau, ya, apa yang sudah dilakukan, misalnya infrastruktur, jalan-jalan, lapangan terbang, pelabuhan, pendidikan, fasilitas kesehatan. Kalau mengingkari itu semua, itu kan kayak orang buta, nggak melihat, dan kayak orang budek, jadi saya tidak menuduh," kata Ma'ruf, Senin (12/11). (fdn/fdn)