Kedua desa itu sempat lumpuh karena tanggul pengaman rumah-rumah warga dari aliran sungai jebol. Bahkan, enam rumah warga hancur diterjang luapan air akibat tanggul yang jebol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut cerita Juwairiah, air sungai mulai meluap sekitar pukul 06.00 WIB. Saat berada di dalam rumah, sekitar pukul 09.00 WIB, tiba-tiba ada suara gemuruh datang dari arah sungai.
"Saat itu suara gemuruh sangat kuat dan cepat. Saya tak sempat selamatkan barang apapun. Saya sendiri saja nyaris pingsan, namun anak langsung memanggil agar saya langsung keluar rumah dan menyelamatkan diri ke tempat lain," kata Juwairiah saat ditemui detikcom, Minggu (18/11/2018).
Selain rumah Juwairiah, ada juga beberapa rumah laina juga hancur. Pemilik rumah tidak sempat menyelematkan surat-surat berharga mereka.
"Rasanya sedih. Rumah sudah tidak ada lagi. Sekarang harus tidur di tenda darurat. Yang sangat saya ratapi, ada uang saya sedikit ikut hanyut. Sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi," sebut Juwairiah yang sudah 20 tahun hidup menjanda.
Juwairiah berharap pemerintah peka terhadap warga yang ditimpa bencana demikian. Selain bantuan masa panik, semoga rumah yang rusak dan roboh dibantu buat kembali.
"Saya berharap pemerintah bisa membantu membangun rumah kami yang rusak total. Sehingga kami dapat tempat berteduh lagi untuk menyambung hidup," sebut Juwairiah.
Banjir di enam kecamatan di Aceh Utara itu sudah mulai surut. Sejumlah warga mulai nampak membersihkan rumahnya masing-masing. (zak/zak)