"Terjadi, pertama, tidak munculnya data profile daripada DNA yang ada, yang kemudian muncul tapi sangat minim atau low profile. Sehingga ini dilakukan pemeriksaan ulang di laboratorium untuk bisa mengidentifikasi sampai semisal mungkin jadi kita sampai bisa menghasilkan profile DNA yang bisa dibaca," kata Kepala Pelayanan Kesehatan Rumkit Polri Sukanto Kombes Sumirat saat konferensi pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (15/11/2018).
"Profile DNA ini tidak muncul ada yang terdiri dari lemak. Kemudian jadi dari sampelnya sendiri. Kemudian yang berikunya. Sampel yang sudah terlalu lama sehingga selnya lisis, sehingga tidak ditemukan lagi profile DNA-nya sendiri tidak diangkat. Itu yang terkait tidak munculnya. Dan mungkin juga ada kontaminan dengan yang lain," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumirat menyatakan kondisi sampel menjadi kurang bagus apabila sudah terlalu lama. Namun apabila bagian tulang yang ditemukan, masih ada kemungkinan sampelnya masih tetap bagus.
"Bisa jadi, karena faktor lingkungan kan pada saat ditemukan kita nggak tahu persis lingkungannya seperti apa," jelas Sumirat.
Hingga Rabu (14/11) kemarin, sebanyak 89 jenazah bisa diidentifikasi. Empat jenazah yang kemarin teridentifikasi adalah:
1. Robert Susanto, laki-laki, usia 56 tahun, melalui DNA
2. Nikky Bagus Santoso, laki-laki, usia 35 tahun, melalui DNA
3. Shella, perempuan, usia 25 tahun, melalui DNA
4. Zuiva Puspita Ningrum, perempuan, usia 39 tahun, melalui DNA
Pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10). Total penumpang dan kru pesawat sebanyak 189 orang.
KNKT saat ini masih mencari cockpit voice recorder (CVR) black box Lion Air nomor penerbangan JT 610 tersebut. Sedangkan flight data recorder (FDR) black box masih dianalisis. (rna/fjp)