"Pre eleminary report itu akan dikeluarkan kurang lebih 28-29 bulan ini yang berisi data factual tanpa analisis tanpa kesimpulan," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Nasional (KNKT) Soerjanto Tjahjono, di Kemenhub, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018).
Ia mengaku data tersebut nantinya tanpa ada analisa dan kesimpulan yang dikeluarkan. KNKT akan menampilkan data tersebut dalam websitenya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, KNKT saat ini masih menganalisis data dari FDR black box. Sejumlah temuan diungkap dalam hasil investigasi sementara.
Ada temuan airspeed indicator Lion Air PK LQP yang rusak dalam empat penerbangan terakhir PK-LQP. Namun temuan itu belum dapat disimpulkan sebagai penyebab kecelakaan JT 610. KNKT melanjutkan penyelidikan.
Termasuk kerusakan sensor AOA (angle of attack). AOA adalah pengukur sudut pesawat terhadap aliran udara. Sensor AOA menunjukkan perbedaan pada saat penerbangan sebelum JT 610, yaitu dari Bali ke Jakarta. Dalam penerbangan itu, AOA pesawat PK-LQP sebelah kiri berbeda 20 derajat dengan sebelah kanan.
"Mungkin kalau sekarang (penyelidikan ) dengan FDR saja, mungkin sekitar 70 persen-80 persen(yang) bisa kita ketahui. Kita perlu sempurnanya sampai 100 persen (mengetahui) penyebab dari kecelakaan itu, kita memerlukan CVR," tegas Soerjanto, di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (10/11/2018).
Simak Juga 'KNKT Tetap Lanjutkan Pencarian CVR Black Box Lion Air':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini