Di halaman Kantor Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah Misalnya, ada tenda khusus yang didirikan untuk bantuan psikososial agar anak-anak tetap bisa belajar. Mereka dikumpulkan setiap pagi dan sore.
"Di sini kita berikan pelajaran ringan seperti menggambar, bermain game sederhana. Kemarin Kak Seto juga sudah ke sini. Kita di sini menampung usia 10 tahun ke bawah," kata anggota tim PKSA Kemensos, Nurfanny, yang brertugas di posko tersebut, Senin (8/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fanny mengatakan kegiatan di posko ini dijadwalkan 2 kali dalam sehari, yakni pukul 09.00 WITa dan pukul 16.00 WITa. Ada sekitar 20 sampai 30 anak yang ke posko tersebut.
![]() |
"Anak-anak di sini kan butuh tempat menyalurkan apa yang mereka mau. Namanya pengungsi kan tidak ada bahan. Awalnya saja kita kasih tahu jadwal, setelah itu tidak perlu dipanggil lagi," ujarnya.
Karya-karya buatan bocah-bocah pengungsian juga di pajang di posko itu. Kebanyakan merupakan hasil mewarnai.
Fikar dan Azizah merupakan bocah yang rutin mengikuti kegiatan di posko tersebut. Bahkan di luar jadwal mereka pun tetap belajar.
![]() |
"Buku pelajaran kita tidak bawa ke sini. Tapi di sini kita menggambarkan, main-main juga. Kalau sekolah sudah rusak waktu gempa," kata Fikar yang masih duduk di bangku kelas V SD.
Di luar jadwal belajar di posko, mereka tampak asik menulis di luar tenda. Beberapa anak lainnya memilih bermain dengan kondisi seadanya. Mereka juga tak takut lagi dengan gempa susulan yang masih terjadi.
"Tadi malam ibu saya bilang ada gempa. Tapi saya sudah tidak takut. Malam tadi saya tidur saja," ucap Azizah.
Simak Juga 'Haru Bocah Korban Tsunami Palu Akhirnya Bertemu Orang Tua':
(abw/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini