"Balaroa kompleks rumah, mengalami amblesan. Korban yang ditemukan 82 orang meninggal, ada rumah 1.405 unit alami patahan dan angkatan, amblas 3 meter, terangkat 2 meter, luas area ambles 47,8 hektare," kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantornya, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (6/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan di Petobo kondisi lebih sulit, total wilayah likuifaksi 180 hektare, total rumah terdampak 2.050 unit dan korban 104 meninggal dunia. Pencarian masih terus dilakukan," lanjut Sutopo.
Untuk penanganan dampak likuifaksi di Balaroa dikerahkan 5 unit alat berat. Lumpur akibat likuifaksi sudah mulai mengeras.
"Kondisi lumpur sudah mulai mengeras sehingga memudahkan pencarian korban. Ada juga yang lumpurnya masih basah, tidak kita kerahkan alat berat di sana," ujar Sutopo.
Selain itu likuifaksi juga terjadi di Jono Oge, Kabupaten Sigi. Diperkirakan ada 366 unit bangunan diperkirakan rusak.
"Likuifaksi Jono Oge area terkena 202 hektare, bangunan rusak hanya sekitar 500, perkiraan rusak 365 unit dan kemungkinan rusak 168 unit, daerahnya sawah dan sampai sekarang belum ada korban (ditemukan)," papar Sutopo.
Jika dijumlahkan, jumlah bangunan yang diperkirakan rusak akibat likuifaksi di Palu dan Sigi adalah 3.461 unit. Sedangkan luasnya total adalah 429,8 hektare. (bag/bag)