"Saya mungkin termasuk pribadi yang sentimentil. Mudah tersentuh karena sebuah kabar. Cepat tergerak karena riak. Dan kadang-kadang gampang bergegas karena tidak bisa sekedar bersimpati," tulis Prabowo mengawali ceritanya di Facebook, Kamis (4/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya terluka begitu mendengar kabar tentang beliau. Asumsi-asumsi cepat berkembang mengenai peristiwa yang menimpa Ibu RS. Saya cepat mengambil sikap, apa pun latar peristiwanya maka hukum harus ditegakkan," ungkap Ketum Gerindra ini.
"Lewat berbagai cara, akhirnya saya bisa dipertemukan dengan beliau. Sayangnya, pertemuan itu tidak jua membuka kotak pandora peristiwa. Pengakuan yang disampaikan Ibu RS langsung kepada saya malahan memperkuat sinyalemen-sinyalemen yang berkembang," sambung Prabowo.
![]() |
Setelah pertemuan itu, Prabowo akhirnya mengadakan jumpa pers soal kondisi Ratna dan mengungkapkan keinginannya bertemu dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian sehingga bisa membahas hal ini. Keesokan harinya, justru polisi membuka fakta bahwa Ratna sebenarnya tidak dianiaya, melainkan ke dokter bedah plastik.
Ujungnya, Ratna mengaku bohong soal kabar penganiayaan. Ternyata, wajahnya yang lebam-lebam adalah hasil sedot lemak. Tadi malam, Prabowo akhirnya kembali menggelar jumpa pers.
"Saya sadar, sebagai manusia saya tidak luput dari kesalahan. Sikap sentimentil yang bersumber dari empati dan peduli sejenak membuat kita lupa untuk mawas diri. Tetapi apa daya, mulut sudah melontarkan kata dan ingatan merangkumnya jadi peristiwa. Riak sehari menjadi gelombang yang menimbulkan kegelisahan di tengah duka yang menimpa bangsa," ungkapnya.
![]() |
Pada akhirnya, Prabowo minta maaf. Dia mengaku khilaf dan tidak berniat membuat kegaduhan. Hingga akhirnya, Prabowo memecat Ratna Sarumpaet dari timses.
"Sebagaimana manusia biasa, saya menghaturkan maaf atas kekhilafan yang terjadi. Tidak sedikit pun terbersit niat untuk menimbulkan kegaduhan dari peristiwa ini, hanya naluri kemanusiaan," kata Prabowo.
"Saya berharap kita bisa belajar banyak dari peristiwa ini. Bahwa iktikad baik saja tidak cukup tetapi harus dilandasi kejujuran hati. Semoga hari-hari ke depan, kejujuran menjadi sikap hidup kita agar tidak ada lagi iktikad baik yang dibunuh oleh kebohongan," tutupnya.
Saksikan juga video 'Dusta Ratna Membuat Sang Jenderal Harus Minta Maaf ke Publik':
(imk/fjp)