Tapal Batas detikcom mengunjungi Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Kamis (6/9/2018). Seperti apa bahasa yang dituturkan masyarakat di perbatasan Indonesia-Papua Nugini ini?
"Memang sulit Bahasa ini. Sulit sekali sebutannya itu, aduh, kadang orang mau belajar Bahasa Skouw itu agak sulit," kata Ondoafi Skouw Mabo, Yans Mahil Mallo (60) di rumahnya, di dekat pantai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana orang Skouw menyatakan cinta pada bahasanya sendiri?
"Ni pungli pilang nine," jawab Yans.
"Ni" berarti "saya", "pungli" dengan huruf 'ng' dibaca sengau bermakna "hati/mau/cinta", "pilang" berarti "bahasa", dan "nine" berarti "kepunyaan (saya)".
Lalu bagaimana kalimat orang Skouw mengungkapkan cintanya untuk sang pujaan hati? Begini ceritanya.
"Me ni pungli," kata Yans.
"Me" artinya "kamu", "ni" artinya "saya", dan "pungli" artinya "cinta". Kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia secara langsung berarti "kau saya suka".
![]() |
Guru honorer di SD Negeri Inpres Skouw Mabo, Ribka Rolo (40), sering mengajari sapaan dalam Bahasa Skouw kepada murid-muridnya. Ini agar generasi muda tidak sepenuhnya lupa dengan bahasa nenek moyangnya. Dia mengajari kalimat sapaan seperti ini.
Fetanghapa hefeng, Ani: selamat pagi, Bu
Fetanghapa hefeng, Ai: selamat pagi, Pak
Kalimat sapaan itu biasa diucapkan murid kepada gurunya. Ada pula warga bernama Holiap T Palora (57) yang mengajari kalimat sapaan "rang hefeng" bermakna "selamat siang", juga "rangpang hefeng" berarti "selamat malam". Semua huruf 'ng' di sini terdengar sengau.
![]() |
Kebetulan Holiap sedang menikmati sirih pinang. Dia menawarkan saya untuk menyirih pinang dengan kalimat "mepe fa memama." Artinya "sini dulu lah makan pinang", meskipun kalau langsung diartikan ke Bahasa Indonesia artinya bisa "datanglah pinang makan".
Mama Set (48) di pasar kampung juga memberi pengertian bahwa banyak homonim dalam Bahasa Skouw. Misalnya "tang" bisa bermakna "burung", "perahu", atau "mobil". Lalu bagaimana membedakannya?
"Kalau kita orang asli bisa mengerti, oh ini disebut untuk benda ini. Kalau orang luar, mereka bakal kurang paham. Ini ada nadanya," kata Mama Set.
Dalam Bahasa Skouw, sebagaimana ditulis Mark Donohue dari University of Sydney, ada pula perbedaan gender untuk menyebut kata ganti orang ketiga. Kata "dia" dibagi menjadi "dia (non-feminim)" dan "dia (feminim)", yakni "ke (non-feminim)" dan "pe (feminim)". Ada pula kata kerja untuk orang ketiga yang dibedakan dua: non-feminin dan feminin.
![]() |
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Skouw yang telah bersedia mengajari sedikit bahasanya. Oh ya, bagaimana mengucapkan "terima kasih banyak" dalam bahasa Skouw?
"Ja nawo me pepe"
Simak terus kabar dari beranda terdepan Indonesia di Tapal Batas detikcom.
(dnu/fjp)