"Saya masuk ke sini tahun 1983. Dulu masih rawan," kata Kepala Sub Seksi Hanggar Pabeanan dan Cukai, Yohanis Homalilo, bercerita kepada detikcom di PLBN Skouw, Muara Tami, Kamis (6/9/2018).
Yohanis masih ingat betul pada dekade itu, pos lintas batas yang dia tempati masih berada di dekat jembatan Sungai Tami, belum berada di PLBN yang sekarang. Saat dia bertugas dulu, jalan masih berupa bebatuan. Orang-orang lintas negara sangat bebas berlalu-lalang melakukan apapun dan membawa apapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena dulu di sebelah pos sudah kebunnya PNG (Papua Nugini)," kata dia.
Sebagai pendatang dari Kupang, dia selalu meraba-raba tingkat keamanan waktu itu, soalnya belum banyak penduduk di sekitar pos. Dia tak berani sembarangan bergerak jauh dari pos. Perlu pengawalan dari personel Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) TNI bila dia hendak bergerak jauh dari pos.
"Dulu rawan, OPM (Organisasi Papua Merdeka) dulu orang bilang," kata Yohanis yang sempat pindah tugas ke Tanjung Perak Surabaya tahun 2000 lampau, kemudian balik lagi ke Skouw tahun 2015.
Berangsur-angsur infrastruktur jalan dibangun. Sejak era Presiden SBY, jalanan dari arah Kota Jayapura menuju Skouw sudah diaspal. Kondisi keamanan juga mulai membaik. Hanya saja sempat terjadi kontak tembak pada 2014 yang melukai aparat keamanan. Itulah kerawanan terakhir yang melibatkan senjata api di Skouw RI yang langsung berbatasan dengan Wutung Papua Nugini.
Itu dulu. Sekarang sudah berbeda. PLBN Skouw sudah dijamin aman. Warga Kota Jayapura, warga luar pulau Papua, warga Papua Nugini, bahkan warga luar negeri semakin banyak yang ke kawasan ini. Swafoto (selfie) menjadi aktivitas lumrah di sini.
"Dulunya, mereka takut ke daerah perbatasan karena rawan. Tapi sekarang daerah perbatasan kita sudah menjadi daerah wisata. Setiap Minggu dan Sabtu masyarakat Kota dan dari luar Kota menjadikannya tempat wisata," kata Wali Kota Jayapura, Benhur Tommy Mano, kepada detikcom, kepada detikcom di kantornya, Entrop, Kota Jayapura, Rabu (5/9/2018).
Keamanan menjadi aspek nomor satu yang dibutuhkan warga perbatasan. Dengan terpenuhinya syarat keamanan, kata Tommy, maka program-program pembangunan lainnya bisa dijalankan dengan baik. Di kawasan ini, personel TNI Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) selalu berjaga, ada pula Kantor Polisi Sub Sektor Skouw yang bertempat di dekat PLBN.
Keceriaan anak-anak muda yang ber-selfie ria di PLBN Skouw seolah menjadi penanda keamanan di tapal batas ini. Saat detikcom mengunjungi PLBN pada Kamis (6/9/2018) lalu, kami bertemu sekelompok pemudi dari Sentani, 80 km jauhnya dari PLBN ini. "Jalan-jalan, cuci mata. Foto-foto yang banyak, tapi cuma satu saja yang jadi bagus, hahaha," kata salah seorang dari mereka, perempuan berkerudung.
Ada sekelompok orang dari luar Pulau Papua, yakni dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jumlah mereka cukup banyak, ada delapan orang termasuk seorang anak-anak. "Ini bukan teman, tapi saudara-saudara satu daerah. Mengikat tali persaudaraan sekalian kenalan sama orang-orang sini," ujar salah seorang dari mereka.
Di antara banyaknya orang, Mama Temeina Magai (29) menggendong anaknya dan duduk di depan tulisan berwarna merah putih berbunyi, "Border Port of Indonesia." Di sebelahnya, ada satu lagi anaknya yang masih kecil. Seorang kerabatnya mengaktifkan kamera ponsel Android. Mama Temeina Magai dan keluarganya itu menyengaja datang dari Kota Jayapura ke PLBN ini.
![]() |
"Kita dari Jayapura jalan-jalan ke sini. Biasanya kalau ada tamu datang, baru kita ngajak ke sini, mengajak tamu untuk foto-foto dan jalan-jalan di sini," kata Temeina Magai sambil menggendong anaknya.
Selain warga negara Indonesia, ada pula warga Papua Nugini yang datang menyeberang untuk berbelanja di pasar dekat PLBN. Mereka menyebut kawasan ini sebagai "batas". Salah satu dari sekian banyak warga PNG adalah Rosa dan saudara laki-lakinya bernama Hillary. Mereka membawa 100 Kina, yakni sekitar Rp 434.041,00 untuk berbelanja di Pasar Skouw. Pasar di sini menerima transaksi dengan mata uang Kina.
![]() |
"Clothes, only clothes, and go back to PNG (Papua Nugini). Everything is cheaper, Batas is okay. If we bring 100 Kina, we get more in here, we get pants, two trousers (Kami akan membeli baju, baju saja pokoknya, kemudian balik ke Papua Nugini. Semua lebih murah di sini, Batas ini bagus. Bila kami membawa 100 Kina, kami bisa dapat lebih di sini, kami dapat celana pendek, dua celana panjang)," kata Rosa dengan Bahasa Tok Pisin (Pijin-English), yakni Bahasa Inggris versi kreol yang sederhana, kadang-kadang juga bercampur dengan logat dan kosakata lokal. Dia kemudian berlalu ke pasar sambil menggendong anaknya.
Ada pula fasilitas penukaran uang atau money changer di sini. BRI adalah bank satu-satunya yang menyediakan layanan money changer di kawasan perbatasan Skouw. Simak terus kabar dari kawasan terdepan Indonesia di Tapal Batas detikcom.
Simak Juga 'Dahulu Kelam, Kini PLBN Skouw Jadi Tempat Wisata':
(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini