Jelang pengambilan nomor urut pasangan capres-cawapres di KPU malam nanti, politik begitu dinamis. Banyak pihak berfilosofi soal nomor urut, ada pula yang bicara soal 'mitos'. Apa itu?
Yang dibicarakan bukan mitos soal klenik ataupun hal mistis, namun tentang nomor urut pasangan capres-cawapres. Karena cuma ada dua pasang capres-cawapres, maka hanya ada nomor satu dan nomor dua. Situasi Pilpres 2019 akan sama persis dengan 2014 jika Prabowo mendapat nomor urut satu dan Jokowi mendapat nomor urut dua lagi.
Nah pembicaraan menarik antara politisi jelang pengambilan nomor urut pasangan capres-cawapres adalah tentang hasil tiga Pilpres terakhir yang selalu dimenangkan capres/cawapres dengan nomor urut genap. Dimulai pemilihan langsung pertama di tahun 2004, pasangan SBY-JK yang meraih nomor urut 4 mengawali 'mitos' ini. Berikut data lengkapnya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilpres 2004 diikuti oleh lima pasangan calon presiden- calon wakil presiden yakni Wiranto-Salahuddin Wahid (Golkar), Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (PDIP), Amien Rais-Siswono Yudo Husodo (PAN), SBY-JK (PD-PBB-PKPI), Hamzah Haz-Agum Gumelar (PPP).
Pasangan SBY-JK yang meraih suara 33,57% dan Mega-Hasyim yang meraih 26,61% suara melanjutkan pertarungan ke putaran dua. SBY-JK (PD-PAN-PKB-PPP-PKS-PBB-PKPI) kemudian terpilih jadi presiden dan wakil presiden setelah meraih 60,62% suara di putaran dua. Megawati-Hasyim yang diusung PDIP-Golkar-PBR dan PDS hanya mendapat 39,38% suara dari total 114.257.054 suara yang dinyatakan sah.
Baca juga: Prabowo Untung Kalau Nomor 1, Jokowi Nomor 2 |
Pilpres 2009, SBY-Boediono Nomor urut 2
Pilpres 2009 diikuti tiga pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (PDIP-Gerindra dengan nomor urut 1), SBY-Boediono (PD-PAN-PKB-PPP-PKS dengan nomor urut 2), JK-Wiranto (Golkar-Hanura dengan nomor urut 3).
Pilpres 2009 selesai dalam satu putaran dengan kemenangan telak SBY. SBY-Boediono yang maju dengan nomor urut dua meraih 60,80 persen suara.
Pilpres 2014, Jokowi-JK Nomor Urut 2
Pilpres 2014 diikuti oleh dua pasang calon presiden-calon wakil presiden. Yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung Gerindra-Golkar-PAN-PKS-PPP-PBB-Partai Demokrat dengan nomor urut satu.
Sementara kompetitornya ialah Jokowi-JK yang diusung PDIP-PKB-NasDem, Hanura dan PKPI. Jokowi-JK yang bertanding dengan nomor urut dua memenangkan Pilpres dengan raihan 53,15%. Sementara Prabowo-Hatta yang maju dengan nomor urut 1 meraih 46,85%.
Pemerhati politik senior yang juga founder Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA, mengamati adanya 'prestasi nomor genap' tersebut. Namun menurutnya tidak selamanya capres-cawapres dengan nomor genap menang.
"Belum tentu juga ini ke depan, karena tergantung bagaimana dia (capres-cawapres) bekerja. Jadi selama masa kampanye diferensiasi apa yang dimainkan. Mulai hari ini pertarungannya adalah pertarungan pencitraan tokoh," kata Denny menjawab seputar gunjingan 'mitos nomor genap' di kalangan politisi.
Lalu apakah 'mitos nomor genap' ini bakal berlanjut?
Saksikan juga video 'Koalisi Jokowi: Nomor Urut 1 atau 2 yang Penting Dua Periode':