"Dalam politik, ada yang disebut simulasi trah politik. Yang dilakukan Jokowi ada simulator politik, karena dibuat muda seberapa pun usia, kan nggak bisa membohongi. Tapi kalau Sandi juga nggak perlu image baru karena sudah cukup Pak Sandi memang sudah muda," kata Ubedillah dalam diskusi 'Menimbang Kekuatan Cawapres' di Wisma Antara, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (4/9/2018).
Ubedillah juga mengatakan, bukan hanya kelompok milenial, partai emak-emak yang dibangun Sandiaga juga bisa meningkatkan suara dan elektabilitas Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, untuk mengambil hati pemilih, cawapres ulama tidak bisa jadi ukuran akan bisa unggul karena ceruk pemilih muslim itu mempunyai karakteristik beragam.
"Ceruk pemilih terbesar memang menggunakan basis agama karena nggak bisa dihindari di situ ada NU, Muhammadiyah, dan ada Alumni 212, dan lainnya. Ceruk itulah yang bisa diambil dua wapres. Tapi otomatis apakah nahdliyin bangunkan Jokowi, itu nggak otomatis. Kenapa? Karena ceruk pemilih muslim karakteristiknya beragam," imbuh dia.
Selain itu, Ubedillah mengkritik kelemahan kubu Prabowo-Sandi. Dia menilai kelemahan kubu mereka adalah komunikasi politik Prabowo yang cenderung bergaya meledak-ledak. Hal ini disebut dapat membahayakan kubu Prabowo-Sandi.
"Ada kelemahan Prabowo-Sandi, yaitu gaya komunikasi politik Prabowo, bisa jadi elektabikitas menurunkan mereka. Gayanya yang meledak-ledak dan cenderung bebas itu bahaya," pungkasnya. (zap/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini