Mengenakan pakaian santai yang lebih nyetrik dari biasanya, Eko bersama istri Riri Sandjojo kompak menggunakan jeans dan kemeja putih. Mereka juga tampak mesra dengan bergandengan tangan saat memasuki bioskop di bilangan Kuningan, Jakarta.
"Kita bisa belajar dari sosok Sultan Agung bahwa kemauan baik harus diperjuangkan, tidak ada yang free. Aspek kehidupan sangat banyak, kegigihan dan leadership itu penting, sultan juga punya wisdom. Perjuangan kita di Kemendes PDTT yaitu mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Karenanya, harus berjuang ke desa-desa dan mudah-mudahan lebih terinspirasi setelah menonton film ini," ujar Eko, Minggu (02/09/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkan Eko, bangsa yang besar tidak akan melupakan jasa pahlawannya dalam mewujudkan kemerdekaan. Kita bisa menonton apapun tanpa diskrimisnasi, menyekolahkan anak tanpa hambatan. Semua ini tidak akan terjadi jika masih dijajah.
"Di alam merdeka ini, tidak ada alasan untuk tidak berbuat memajukan bangsa negara. Kita perlu melihat film ini, kita lihat perjuangan Sultan Agung, pribadinya dan cintanya. Terima kasih ibu (Mooryati Soedibyo) atas karyanya, kita bisa belajar untuk mengisi kemerdekaan agar menjadi negara adil, makmur dan sejahtera. Beliau ini (Mooryati Soedibyo) umurnya sudah 91 tahun tapi energinya seperti umur 19 tahun dan masih bisa berkarya menciptakan film sejarah yang bagus," puji Eko.
Menanggapi hal tersebut, Mooryati sebagai penggagas film Sultan Agung mengatakan terima kasih pada Eko atas perhatiannya yang besar pada masyarakat pedesaan.
"Ini adalah satu tontonan dan tuntutan untuk masa muda, yang maju dengan pengetahuan melalui digital online. Perjuangan kita belum selesai, kita sudah memperingati kemandirian 17 Agustus. Kesempatan kita banyak, kemajuan harus kita ikuti. Pesan-pesan yang diajarkan pendahulu, kita teruskan dengan cara kemajuan yang sesuai," ujar Mooryati.
Film garapan Hanung Bramantyo ini mengupas perjuangan salah satu tokoh sejarah juga kebudayaan. Sultan Agung yang berasal dari Kerajaan Mataram, berani melawan pengusaha VOC saat sebelum penjajahan. Dia juga menyatukan kerajaan yang terpecah belah dari Madura, Surabaya, Jateng, Jatim, Jabar hingga Batavia.
Kisah heroik ditambah sentuhan emosional dan sedikit romansa ini mampu memacu adrenalin para penonton dari keluarga besar Kemendes PDTT ini. Di akhir acara, diadakan juga kuis atas dukungan dari BNI yang menambah semarak suasana.
(idr/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini