Setidaknya, dua kali Sandiaga datang ke kampus di Jakarta dalam pekan ini. Pada Rabu (29/8), Sandiaga hadir pada acara orientasi mahasiswa baru di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Sandiaga datang bersama Ketum PAN yang juga Ketua MPR Zulkifli Hasan. Dalam kesempatan itu, Sandiaga memang tidak berbicara politik praktis. Namun Zulkifli sebagai pendamping Sandiaga mempromosikan bakal cawapres itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyinggung soal ganti presiden, meski tidak secara langsung. Zulkifli mengatakan, Pilpres 2019 sangat sederhana karena hanya dua calon, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Sehingga, Pilpres kini hanya pilihan ganti atau lanjut.
"Pilpres sederhana, ganti presiden dan lanjutkan presiden," ucap Zulkifli Hasan.
"Ganti apa lanjut?" tanya Zulkifli Hasan kepada ribuan mahasiswa baru UMJ.
"Ganti," jawab ribuan mahasiswa.
"Kayaknya sudah 99 persen ini ganti. Harga-harga naik apa turun?" tanya Zulkifli.
"Naik," kata mahasiswa.
![]() |
"Kompak sekali, kalau naik susah nggak?" tanya Zulkifli kembali.
"Susah," jawab mahasiswa.
Meski begitu, Zulkifli menyatakan tidak bermaksud untuk melakukan kampanye. "Saya cuma nanya loh nggak kampanye," ucapnya.
Kemudian hari ini, Sabtu (1/9), Sandiaga mengisi kuliah perdana mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. Ia didampingi politikus Partai Demokrat (PD) Andi Nurpati.
Sama seperti di UMJ, Sandiaga tidak berbicara politik. Ia memberikan motivasi kepada para mahasiswa. Meski begitu, pendamping Sandi lah yang menyinggung soal politik, khususnya mengenai pilpres.
Di Uhamka, Andi Nurpati melakukan hal yang sama seperti Zulkifli ketika di UMJ. Andi mempromosikan Sandiaga. Meski tidak menyebut soal ganti presiden, ia berbicara soal ganti pemerintah.
"Kita perlu tangan tangan seperti Mas Sandi untuk memperbaiki, memperbarui, bahkan mengganti sebuah kebijakan-kebijakan tentang bidang ekonomi yang beliau sudah ahlinya di situ. Karena itu, kami yakin Mas Sandi mampu memperbaiki kondisi bangsa Indonesia, kembalikan hak-hak masyarakat kita, bantuan-bantuan jangan dicabut. Jangan dimahalkan harga sembako, listrik," sebut Andi.
"Kita semua terenyuh dengan melihat kondisi keadaan belakangan ini. Karena itu, mari kita semua bekerja bersama-sama untuk memperbaiki dan mengganti pemerintahan yang tak bisa mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan konstitusi dan undang-undang," tambahnya.
Meski begitu, Andi Nurpati membantah pernyataannya itu merupakan bentuk kampanye. Menurutnya, ia berbicara terkait kondisi bangsa.
"Saya bicara soal kebangsaan, kondisi bangsa, dan bagaimana peran masyarakat, terutama mahasiswa. Tidak berpolitik. Tidak ada bahasa ganti presiden. (Ganti pemerintah) sesuai konstitusi, " kata Andi seusai acara.
Kehadiran Sandiaga mendapat kritikan dari pendukung Jokowi-Ma'ruf. Organisasi relawan Joko Widodo, Projo (Pro-Jokowi), meminta Sandiaga tidak menyeret kampus dalam politik praktis.
"Jangan seret kampus dalam politik praktis. Biarkan kampus menjadi lembaga pendidikan yang independen, objektif, dan netral," tegas Ketum Projo, Budie Arie.
Golkar bahkan turut mengkritik Zulkifli Hasan. Meski PAN mendukung Prabowo-Sandiaga, Zulkifli dinilai seharusnya bisa menjaga pernyataannya sehingga MPR tidak dianggap partisipan.
"Pernyataan beliau itu sudah menunjukkan tendensi mengajak orang untuk mengganti Presiden. Apalagi itu dilakukan di dalam kampus, sebagai lembaga pendidikan yang seharusnya lebih netral," sebut Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily.
Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Golkar, Ferdiansyah juga menyatakan hal yang sama. Komisi X DPR mengurusi salah satunya adalah soal pendidikan.
"Kami mengimbau agar di institusi pendidikan janganlah (berkampanye politik)," ujar Ferdiansyah.
Sementara itu KPU mengimbau agar elite politik menahan diri. KPU juga menyayangkan pernyataan Zulkifli karena sebagai tokoh dinilai akan mempengaruhi massa. Apalagi saat ini belum memasuki massa kampanye.
"Melalui pernyataan ini KPU sudah mengharapkan para elite untuk menahan diri. Karena pernyataan elite akan mempengaruhi massa," kata Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
"Kampanye di mulai 23 September 2018. Kita menghargai ekspresi politik masyarakat, tetapi elite politik semestinya memahami saat ini belum saatnya berkampanye. Apalagi apabila beliau berbicara sebagai ketua MPR tentu akan berdampak secara politik," sambungnya. (elz/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini