dr Helfiani Ketua Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) wilayah Babel, menjelaskan, bahwa penyakit atau gejala yang diderita pasien bukan karena imunisasi MR melainkan karena adanya infeksi virus atau bakteri sebelum terjadinya penyuntikan imunisasi.
"Setelah kami investigasi sejak kemarin, dari hasil pemeriksaan, sudah kami simpulkan bahwa anak ini menderita penyakit Henoch-Schonlein Purpura, kasus ini juga sudah disampaikan di komnas dan sudah dibahas," jelas Helfiani di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang, Bangka, Jumat (31/8/2018).
HSP Ini penyakit seperti penyakit penyakit autoimun, yang bisa di cetuskan oleh infeksi virus atau bakteri sebelum terjadinya penyuntikan vaksin MR (satu minggu sebelum).
"Jadi sebelum imunisasi, mungkin kuman ini sudah masuk. Kemudian setelah tiga empat hari imunisasi baru keluar," tegasnya.
Ia menceritakan, kalau misalnya sakit tersebut timbul melalui suntik imunisasi MR, bisanya 7 hari setelah disuntik baru kelihatan gejala. Sedangkan ini kan anak ini sudah dari awal tiga empat hari ada gejalanya udah mulai timbul setelah imunisasi.
"Jadi ini karena inveksi sebelum dia disuntik sudah masuk kumannya. Jadi tidak ada kaitannya," kata Dia.
Saat disinggung kemungkinan penyakit itu timbul atau memicu keluar setelah di vaksin MR, Helfi mengatakan, hal tersebut bisa saja terjadi.
"Bisa, cuma kalau berdasarkan kasus ini bukan dari imunisasinya, kalau dari hasil imunisasi seharusnya gejalanya timbul seminggu kemudian. Tapi ini tiga hingga empat hari setelah imunisasi.
Pantauan detikcom di ruang Asoka RSUD Pangkalpinang, saat ini kondisi pasien sudah beransur membaik, nyeri sudah tak ada lagi, bintikan di kaki sudah berkurang dan sudah tidak demam lagi dan pasien sudah bisa menggerakkan kakinya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung (Babel), Mulyono Susanto juga mengatakan tak ada pengaruh vaksin MR yang bikin Larasati tak bisa jalan. "Awalnya kita sempat khawatir mendengar kabar seperti itu, oleh karena itu kita putuskan harus di rawat di rumah sakit, untuk itu kita serahkan kepada komda KIPI dengan hal inidr Helfiani yang menangani," jelas Mul.
Ia menambahkan, Vaksin ini sudah digunakan oleh 35 juta anak di Pulau Jawa. Jadi vaksin ini aman digunakan, tidak perlu dipertanyakan kembali dan sudah dilaksanakan di Indonesia.
"Jika di jawa ada 135 juta anak sudah mendapatkan imunisasi itu, masa saya sendiri masih meragukan tentang vaksin ini. Sedangkan di Jawa sendiri tidak jadi masalah," tambahnya.
Provinsi Babel sendiri memiliki target 95 persen anak menerima vaksin tersebut. Pihak Dinas Kesehatan sendiri tetap optimis dengan target tersebut. Meskipun waktunya tinggal satu bulan lagi, 60 persen pun belum tercapai. (rvk/adr)