"Yang dipasang di pesawat jumlahnya 24 butir flare, dipasang di sayap kiri 12 flare dan kanan 12 flare," demikian dijelaskan Kabid Pelayanan Teknologi, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB TMC), BPPT Sutrisno saat berbincang dengan detikcom, Kamis (30/8/2018).
Flare ini, imbuh Sutrisno, mengandung unsur utamanya CaCl2 alias kalsium klorida. Bila metode teknologi modifikasi cuaca biasanya memakai serbuk garam alias NaCl dan ditaburkan ke dalam awan atau atas awan, kali ini pesawat Piper Cayenne terbang di dasar awan dan melemparkannya dari dasar awan pada pukul 09.30 WIB dari Bandara Budiarto Curug menuju Posko TMC di Lanud Palembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kebakaran Hutan, Tanggung Jawab Siapa? |
![]() |
"Bahan semai akan masuk ke dalam awan karena proses updraft awan tersebut. Kita akan gunakan Piper Cayenne karena pesawat ini jangkauannya lebih luas," urai Sutrisno.
Bahan semai flare, sambung dia, adalah bahan semai yang sudah dikemas dalam bentuk tube. Bahan semai ini diimpor BPPT dari perusahaan Ice Crystal, Amerika Serikat.
"Bahan semai flare ini biasa digunakan untuk hujan buatan di Amerika, Thailand dll. Pernah kita gunakan juga untuk hujan buatan dalam rangka pengisian Danau Matano dan Towuti di Sulawesi Selatan,"
tuturnya.
(nwk/mea)