Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Bintoro menduga para pelaku menyimpan jimat itu juga untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka saat melakukan operasinya.
"Iya, kepercayaan itu pasti ada dengan pakai seperti ini (jimat), mungkin (agar) kebal ditembak. Itu rasa kepercayaan diri dari yang bersangkutan," ujar Bintoro kepada wartawan di kantornya, Jalan Margonda Raya, Depok, Senin (20/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Mengincar rumah korban) acak. Informasi dari yang bersangkutan apabila mereka dapatkan di satu rumah terasa pengamanannya kurang, mereka akan lalukan aksi," imbuhnya.
Ketujuh pelaku melakukan aksi secara serempak pada hari yang sama. Mereka membagi peran sesuai tugas masing-masing.
"Beda peran tujuh orang ini, ada yang jadi sopir, ada yang nunggu situasi, ada yang masuk ke rumah, ada yang mencongkel, dan ada yang mengambil barang," tuturnya.
Kejahatan ini diotaki oleh tersangka Asep. Pencurian direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya Asep akan menghubungi teman-temannya untuk melancarkan operasi itu.
"Jadi informasi ya mereka saling kawan saja, chatting lalu bawa temen. Mereka secara berantai dengan tujuan yang sama dan commit yang sama untuk lakukan pencurian. Kebanyakan mereka orang Bogor, Sukajaya, Sukabumi juga ada, karena nggak satu tempat, kenal karena teman," sambungnya.
Ketujuh tersangka ditangkap di Bogor dan Sukabumi pada rentang 12-18 Agustus 2018. Dari para tersangka, polisi menyita barang bukti ponsel, sepatu, sejumlah arloji, tas, dan tas laptop.
"Ini tas laptop seharusnya isinya laptop, tapi laptopnya sampai saat ini pelaku menjual ke daerah Pasar Senen, Jakarta. Kita juga sedang melacak ini dijual ke mana," paparnya.
(mea/mea)