Peristiwa tersebut terjadi saat upacara tengah berlangsung di salah satu lapangan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Joni saat itu menjadi peserta upcara, namun dia harus ke posko kesehatan karena sedang sakit perut.
"Saya sakit perut terus naik ke (pos) kesehatan," kata Joni saat ditemui wartawan di gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terdengar Bapak Wakil Bupati bilang siapa yang bisa naik tiang bendera ini. Saya langsung buka sepatu, langsung naik tiang bendera," katanya.
Saat memanjat, Joni mengaku tidak memikirkan apa-apa. Dia hanya ingin agar tali yang putus tersebut bisa dibetulkan agar Merah Putih bisa berkibar.
"Nggak pikirkan apa-apa, lari buka sepatu, langsung naik," katanya.
Dia juga mengaku tidak takut jatuh. "Tidak," katanya.
Saat Joni memanjat, banyak orang yang meminta agar dia segera turun. Namun permintaan itu dihiraukan, sebab dia ingin tali yang putus itu bisa segera dibetulkan.
"Harus berusaha ambil talinya, supaya bisa lanjut upacaranya," kata Joni.
Seperti diketahui, Yohanis atau akrab disapa Joni merupakan siswa SMP yang nekat memanjat tiang bendera setinggi 23 meter. Saat itu, tengah berlangsung upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di sebuah lapangan di Kabupaten Belu. Tali yang sedianya mengibarkan Sang Saka Merah Putih putus, sehingga kegiatan upcara terhenti sejenak.
Namun, Joni dengan spontan memanjat tiang bendera tersebut tanpa alas kaki hingga ke ujung dan membenarkan tali yang terputus itu. Aksi Yohanis ini divideokan oleh beberapa orang di sekitar.
Video viral itu sebelumnya disebut terjadi di Atambua, salah satu kecamatan di Kabupaten Belu. Tapi sebenarnya TKP ada di desa Silawan, kecamatan Tasifeto, Kabupaten Belu, sekitar 14 kilometer dari Atambua.
(jor/ear)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini