Peneliti politik CSIS Arya Fernandes mengatakan, AHY punya kelebihan sebagai penggaet pemilih muda dan dianggap cukup populer. Sementara Salim dinyatakan punya basis pendukung yang militan.
"Demokrat tidak hanya membawa suara yang besar karena punya sekitar 10%, tapi juga ada sosok AHY yang juga potensial karena muda, dan juga bisa menggaet milenial dan ibu rumah tangga. Selain itu dia juga populer," kata Arya saat dihubungi, Sabtu (4/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salim Asegaf tentu tidak sepopuler AHY tapi dia punya konstituen atau anggota partai yang militan. Ini dua karakteristis yang berbeda. Dia juga dekat dengan kelompok pemilih muslim," jelasnya.
Arya menjelaskan, situasi saat ini tentu bukan situasi yang mudah bagi Prabowo. Mau tidak mau Prabowo harus memilih setelah Demokrat masuk koalisi, apakah dia akan mengubah strategi atau tidak.
"Memang ini bukan situasi yang tidak mudah bagi Prabowo, karena sejak Demokrat masuk dalam koalisi Prabowo telah mengubah skenario awal yang mencari titik temu antara PAN dan PKS," tutur Arya.
"Ini yang membuat Prabowo dan tim menjadi dilematis. Apakah ingin tetap pada skenario awal atau mempertimbangkan calon yang dari Demokrat. Dia juga harus dihadapkan dengan sikap ijtima ulama," imbuhnya.
Menurut Arya, Prabowo harus mencari titik temu antara tokoh-tokoh yang direkomendasikan sebagai cawapres tersebut.
"Jadi dia harus mencari titik temu dari pertai-partai ini. Kalau kita lihat dari sisi pergerakan, Pak SBY sangat aktif sekali untuk menggolkan AHY. Ini dua karakteristik yang berbeda (AHY dan Salim), jadi Prabowo akan pilih siapa," papar Arya.
Tonton Video 20Detik: AHY Disebut Terlalu Muda untuk Berpolitik (rna/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini