Wisanggeni merupakan salah satu tokoh pewayangan ciptaan pujangga Jawa. Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni digambarkan sebagai tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Karakternya dikenal pemberani, tegas, dan sakti.
Baca juga: AHY, 'Wisanggeni'-nya Poyuono |
Namun, menurut Poyuono, Wisanggeni punya deskripsi karakter yang lebih luas lagi. Wisanggeni itu, menurutnya, anak kecil yang dibuang ke bumi dan tidak boleh berperang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AHY disebut Sekjen Gerindra Ahmad Muzani merupakan salah satu dari empat kandidat cawapres Prabowo Subianto setelah Anies Baswedan, Salim Segaf Aljufri, dan Ustaz Abdul Somad. Menurut Poyu, AHY tak masuk hitungannya.
"Nggak saya reken itu mah... dan nggak punya nilai jual," ucap Poyu.
Mengenai sosok Wisanggeni, dosen dan peneliti Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Darmoko, memberikan penjelasan. Darmoko menjelaskan tokoh Wisanggeni tidak ikut dalam perang Baratayuda. Namun, sosoknya digambarkan sebagai tokoh sakti dan pemberani.
"Kalau di dalam konteks Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa, Wisanggeni tidak berperang. Dalam konteks budaya Jawa penciptaan lakon kelahiran Wisanggeni memang menjadi semacam seseorang pemuda yang dia mempunyai ketangguhan kepada siapapun, termasuk kepada para dewa yang memiliki status sosial tinggi dan lebih tua (berani), karena dia menempatkan diri bahwa dia di atas kebenaran," terang Darmoko.
Darmoko juga menerangkan Wisanggeni lahir prematur, dia juga sempat dibuang oleh Betari Durga ke kawah Candradimuka karena dendam dengan ibunya Dresnala. Namun, bayi itu bukannya mati melainkan malah menjadi tumbuh semakin besar.
"Kemudian keluar Kawah Candradimuka (yang dikenal) tempat oleh dewa untuk membunuh, membinasakan orang yang dimasukkan ke dalamnya. Karena dilindungi Yang Maha Kuasa, dia keluar malah menjadi besar, semakin besar, makin remaja tapi belum punya kesadaran," terangnya.
Darmoko menjelaskan Wisanggeni tumbuh dalam pencarian mencari jatidiri dan siapa orang tuanya. Dalam perjalananya mencari tahu jati dirinya itu, Wisanggeni selalu menang saat bertanding dengan tokoh-tokoh lainnya.
"Dalam lakon kelahiran Wisanggeni dia betul-betul ingin menanyakan tentang status saya ini siapa, saya ini apa, dan saya harus bagaimana, dan itu pertanyaan kepada lingkungan. Di mana saya ini," ucapnya.
"Karakternya sakti tidak ada yang mengalahkan, semua dihajar sampai ke alam bawah (manusia), tahan banting, mental teruji," sambung Darmoko.
Darmoko menambahkan Wisanggeni juga merupakan sosok yang egaliter. Dia berbicara tak menggunakan bahasa Jawa halus meski berbicara dengan tokoh yang lebih tua. Dilihat secara positif, Wisanggeni merupakan tokoh yang tidak mengambil jarak dengan siapapun.
Darmoko mengatakan Wisanggeni tidak diceritakan ikut ambil bagian dalam perang Baratayuda. Dalam pementasan pewayangan karakternya selalu masuk kotak, saat lakon Perang Pandawa melawan Kurawa itu dipentaskan.
"Wisanggeni dikotakkan tidak ada dalam cerita, perannya nggak ada di Baratayuda. Wisanggeni tak terucap lawan tandingnya siapa," jelasnya.
(ams/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini