"Saya dengar kloter awal yang sudah biometrik di Tanah Air merekam sidik jari lagi di Arab Saudi. Ini karena jemaah tidak terambil sidik jarinya. Di sini kalau tidak ada datanya, akan diulang pengambilan sidik jarinya. Ini di awal-awal," ujar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis.
Hal itu disampaikan perempuan yang juga merupakan pengendali teknis Panitia PPIH Arab Saudi itu di Syisyah, Mekah, itu Rabu (1/8/2018). Sri mengatakan jemaah yang tidak terekam sidik jarinya akan diulangi untuk satu kloter. Ini memperlambat pergerakan satu kloter untuk seluruhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang penting yang tidak terekam biometrik disampaikan datanya kepada pelaksana perekaman biometrik. Maklumlah, barang baru hari pertama dilaksanakan," ujar Sri.
Rekam biometrik di Tanah Air merupakan salah satu inovasi penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Hal tersebut mempercepat gerak jemaah menuju hotel, sehingga mereka dapat lekas beristirahat. Setelah itu, mereka dapat melaksanakan ibadah, baik salat Arba'in di Madinah atau berumrah di Masjid Al-Haram.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan inovasi satu ini lahir dari proses yang panjang. Kementerian Agama dan pihak pemerintah Saudi bertemu membahas program tersebut. Mereka akhirnya menyetujui biometrik bisa dilakukan di Tanah Air.
Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Osamah as-Shuaibi menjelaskan jamaah haji Indonesia mengalami percepatan pengurusan dokumen keimigrasian kedua. Pelayanan ini akan mempermudah para tamu Allah untuk melaksanakan ibadah di Tanah Suci. Hal itu disampaikannya di hadapan perwakilan pemerintah Indonesia dan manajemen Saudia Airlines saat melepas jamah haji gelombang pertama. (fjp/gbr)